Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khitanan Massal; Mau dikhitan Asal dibelikan Laptop!

21 Mei 2011   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:24 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lucu juga lihat tingkah anak-anak ini, ada yang santai-santai tanpa rasa takut sedikitpun, ada yang tertidur, nangis terlebih dahulu dan ada juga yang mengajukan syarat yang aneh-aneh. Begitulah yang tadi saya temui pada acara Gelar Dongeng dan Khitanan Massal (GDKM) yang diselenggarakan LAZIS Masjid Syuhada dan Pendidikan Kader Masjid Syuhada (PKMS) Yogyakarta.

Bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam PDHI Daerah Istimewa Yogyakarta, Panitia GDKM menyelenggarakan program sosial ini pada hari Sabtu (21/5) di Aula Masjid Syuhada. Program yang diberikan secara gratis ini berhasil mengkhitan sekitar 27 anak. Awalnya peserta terdaftar sekitar 47 anak, tetapi pada hari penyelenggaran 3 peserta plus 17 peserta dari keluarga yang terdaftar di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekarsari ternyata tidak jadi datang. “Menurut pengurus LK3 Sekarsari, beberapa orang tua belum tega anak-anaknya dikhitan karena masih kecil” aku Ikhwan, Manajer LAZIS Masjid Syuhada. Selain itu beberapa orang tua beralasan karena waktu penyelenggaraan yang kurang tepat, yaitu menjelang ulangan umum sekolah.

“Alhamdulillah senang sekali bisa menyelenggarakan acara ini, bisa membantu masyarakat yang ingin anaknya dikhitan tapi masih belum punya biaya. Namun, walau bagaimanapun selalu ada kekurangan. Waktu penyelenggaraan yang kurang tepat, menjelang ulangan umum sekolah, jadi ada beberapa peserta yang akhirnya tidak bisa mengikuti acara ini” ungkap Koordibator GDKM, Suryadi (20).

Sebelum proses khitan, anak-anak terlebih dahulu dihibur dengan dongeng yang disampaikan oleh Kak Wuntat. Terdengar gelak tawa saat Kak Wuntat memperdengarkan cerita lucu, bahkan saat diajak berinteraksi secara antusias seluruh anak mengacungkan tangan tanda merespon stimulus dari Kak Wuntat.

Mau dikhitan asal….

Seorang anak terlihat berguling-guling di teras lantai sambil nangis, baju dan sarung barunya sudah terlihat kucel. Karena kesal sang anak pun ditinggal orangtuanya sendirian di luar, dibiarkan (si ortu sembunyi di ruangan). Saya coba dekati dan tanyai anak ini, ternyata dia sempat melihat anak lain dikhitan, dia takut akan rasa sakitnya saat dikhitan. Selain takut, usut punya usut dia juga punya satu syarat yang belum mau dipenuhi oleh ortunya.

“Aku gak mau dibeliin komputer, pengennya laptop, pokoke laptop!” teriak si anak yang seketika bangkit dan berlari mencari ortunya. Hehe… mungkin karena saat acara gelar dongeng si anak melihat panitia menggunakan laptop sebagai perlengkapan multimedia, syarat yang awalnya pengen dibeliin komputer (biar bisa maen game di rumah) meningkat menjadi laptop. Dan…. Setelah perundingan kedua dilangsungkan dengan kemenangan dipihak si anak, ia pun mau dikhitan.

Ada juga aksi yang cukup membuat tim dokter dan panitia tegang, saat jarum suntik “mencubit” anunya seorang anak, tiba-tiba ia bangun kemudian loncat dari dipan. Untung jarum suntik sempat dicabut. Hingga saat seluruh peserta selesai dikhitan, kecuali si anak, dia masih ogah dan trauma sepertinya. Si Ayah sudah frustasi tetapi menolak untuk menyerah, beberapa kali mereka berdua melakukan adegan “gulat”.

Beberapa panitia mencoba menenangkan anak dan ayahnya ini. Sebagian menenangkan si anak dan sebagian lagi menenangkan ayahnya karena pada saat “bergulat” si ayah sudah terlihat hilang kesabaran. Si Ayah frustasi karena di rumah sudah disiapkan pesta kenduren dan bahkan untuk mengisi pesta ia sudah mengundang seorang ustadz untuk mengisi ceramah agama, sementara si anak masih belum disunat (?) mungkin jika si anak tetap tidak mau disunat si Ayah bisa jadi berfikiran seperti ini “Kalau begitu aku disunat dua kali saja, malu kalau pesta sunatnya malah gak ada yang disunat” :D.

Akhirnya si anak berhasil “ditaklukan” setelah dikeroyok panitia, dipegangi tangan dan kakinya kemudian dibaringkan paksa. Bukan maksud keterlaluan dengan memaksa anak yang belum mau dikhitan, terkadang cara seperti ini harus dilakukan alih-alih orangtua terlanjur mengeluarkan biaya untuk pesta kenduren padahal untuk mencari biaya pesta begitu sulitnya bagi mereka.

Gimana? Sudah dikhitan belum? Kalau belum cepetan dikhitan, nanti minta Ipad!!! J

NB: Syari’at khitan ini dimulai sejak zaman Bapaknya Para Nabi, Ibrahim A.S (silahkan berselancar di google untuk mengetahui lebih jauh syariat khitan ini).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun