Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Air Mata Pak Beye untuk Mbah Maridjan

27 Oktober 2010   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:03 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_304749" align="alignleft" width="298" caption="ilustrasi: archive.kaskus.us"][/caption] Sejak Rabu dini hari (27/10) santer diberitakan bahwa Raden Ngabehi Suraksohargo atau yang populer dipanggil dengan nama Mbah Maridjan meninggal dunia. Pasalnya, Mbah Maridjan adalah salah satu dari warga yang masih tinggal di lereng Merapi saat wedus gembel meneror. Bagaimana reaksi Pak Beye atas berita meninggalnya Mbah Maridjan ? Saya masih teringat saat Pak Beye melakukan jumpa pers dan menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Bob Marley Indonesiam alias Mbah Surip. Pak Beye secara langsung menyampaikan bela sungkawa (beritanya disini). Tepat dua hari setelah wafatnya penyanyi "Tak Gendong" itu, seorang seniman dan budayawan kebanggaan Indonesia yaitu W.S. Rendra wafat (Kamis, 6/8/2010). Kali ini Pak Beye tidak langsung melakukan jumpa pers untuk menyampaikan bela sungkawa, Pak Beye menyampaikannya melalui Hatta Radjasa sebagai Set-Neg kala itu (beritanya disini). Kalau tidak salah fenomena ini membuat budayawan sekaliber MH Ainun Nadjib (Cak Nun) terheran-heran. Dalam pandangan saya lebih lagi, Cak Nun kecewa dan sedikit berang. Selanjutnya, ditelinga saya masih terngiang-ngiang polemik mengenai "Politik Pencitraan" beberapa hari yang lalu, sebelum Mentawai dan Merapi menunjukan eksistensinya. Dalam polemik ini tentu tidak jauh-jauh arahnya ke mana, lagi-lagi dikaitkan dengan Pak Beye. Mengapa demikian? menurut saya, langsung atau tidak langsung para Pakar Politik 'menuduh' bahwa Pak Beye adalah Presiden yang menuai keuntungan dari Politik Pencitraan. Benar atau tidak, wallahu a'alam! Lalu, apa hubungannya antara Politik Pencitraan, Mbah Maridjan dan Pak Beye? Hoho... lagi-lagi dalam pandangan saya, siapa saja yang ingin mencoba peruntungan melalui politik pencitraan, isu Mbah Maridjan ini bisa dimanfaatkan. Dimanfaatkan untuk ditukar dengan citra diri. (absurd)! Saat tulisan ini saya unggah: Mbah Maridjan: Jenazah yang diduga Mbah Maridjan sudah berada di R. S. Dr. Sardjito. Pihak R. S. sedang melakukan tes DNA, pengumuman hasil tes kemungkinan akan disampaikan menjelang sore hari (Yasika FM). Pak Beye: Selasa malam beliau masih berada di Hanoi (www.detiknews.com) Tambahan: Untuk Mas Inu, mohon maaf saya pinjam istilah "Pak Beye".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun