Aku menyukai cara bicaramu yang spontan dan kocak saat di massenger. Aku mulai menikmati candaanmu. Aku berusaha memaklumi kebiasaan burukmu, tentang junk food, tentang fobia ketinggian, pun tentang sifat malasmu untuk mencari pekerjaan yang layak, setidaknya untuk lulusan S2 sepertimu. Apalagi???? That's all, enough. Hanya secuil.
Sudah cukupkah hal itu untuk mengumpulkan rasa sukamu kepadanya?? Tunjukku pada diri sendiri. Dan aku mengiyakan. Segitu gampangnya, kenal juga enggak, video call juga belum pernah, lalu darimana rasa senengnyaaa??? Aku juga tidak tahu, terus saja diriku berbantah sengit. Aku hanya bisa merasakannya, disini. Karena tidak semua perasaan bisa dijabarkan dengan alasan yang logis, dalihku membungkam perdebatan dalam diri.
Cling!!! Kamu.
Bagaimana harimu?
Semua baik saja, aku harap kamu juga begitu.
Kamu sedang apa?
Sedang bekerja. Kamu?Â
Sedang edit video.
Wow!!! Silakan dilanjutkan.
Maaf, aku kadang tidak bicara, karena aku tidak mau membuang waktu, kamu tidak datang kesini, lalu kenapa kita ngobrol? Setelah kita sadar bahwa waktu berjalan sangat cepat lalu kita akan menyesal. Kamu sangat menawan tapi kamu tinggal di Indonesia.Â
Aku terkesiap. Tetiba kata-katamu meracau. Aku juga merasakan hal yang sama, tapi aku tidak ingin kehilangan kamu. Dan aku sangat merindukanmu tiga hari ini.