Mohon tunggu...
Cahya Dewi Mariana
Cahya Dewi Mariana Mohon Tunggu... -

belajar menuangkan ide dalam bentuk tulisan, untuk dibaca, dinikmati, dan diambil hikmah positif nya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pangeran Arzan

27 November 2015   16:28 Diperbarui: 27 November 2015   18:16 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kita mau kemana, Liona?” tanya Mecca lagi masih tidak mengerti.

“Mumpung kamu di kota, aku ajak kamu ke istana Pangeran Arzan”

Sontak Mecca loncat turun dari kuda. “Aku tidak mau!” teriaknya.

“Hei, kenapa tidak mau? Kamu tidak berusaha mengenal Pangeran Arzan lalu bagaimana kamu mau menikah dengannya?”

“Aku pasti akan malu jika harus menyatakan cintaku kepada Pangeran Arzan, dia pasti akan menolakku dan menyadarkan aku bahwa aku ini hanya gadis Bunaya, gadis desa. Sudahlah Liona, mungkin memang benar orang bilang bahwa aku tidak boleh bermimpi terlalu tinggi”

“Kamu belum bertemu Pangeran Arzan, Mecca, darimana kamu tahu kalau dia akan menolakmu. Ayolah!! Istana tinggal beberapa langkah lagi dari sini!” paksa Liona sambil menggandeng tangan Mecca dengan erat. Dengan berat hati Mecca pun menurut.

Istana Negeri Kuncup Teratai memang tampak megah, meski sering melewati setiap pergi ke kota tapi tak sekalipun Mecca pernah masuk di dalamnya. Sesekali ia hanya mengintip melalui celah dinding apa yang ada didalamnya, tapi selalu yang tampak dari celah kecil itu hanyalah kumpulan prajurit yang berlatih perang. Dan kini Liona mengajaknya memasuki istana itu. Mecca heran bagaimana bisa Liona yang sudah dianggap sahabatnya ini melewati beberapa penjaga gerbang dengan mudah, bahkan mereka hanya menunduk penuh hormat kepada Liona.

Liona dan Mecca sampai pada sebuah ruangan yang sangat luas dengan empat pilar besar ditengahnya, beralas karpet merah yang tebal, dengan beberapa orang sedang berkumpul diujung ruangan itu. Duduk ditengah seorang wanita setengah baya sedang menikmati pertunjukan tari. Sejenak semua aktifitas berhenti dan semua mata memandang kepada Liona dan Mecca. Tangan Mecca makin erat digandeng Liona. Mecca menunduk malu dan tetap membuntuti Liona mendekati wanita setengah baya berbaju emas itu.

“Ibunda, saya sudah menemukan gadis pilihan saya saat ini” kata Liona sambil membungkuk penuh hormat.

“Siapa nama wanita yang beruntung itu, Anakku?”

Liona membalikkan badan dan menyuruh Mecca untuk bertimpuh disampingnya. Mecca masih tidak percaya dengan apa yang dihadapannya saat ini. Ia masih tidak mengerti dengan Liona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun