Mohon tunggu...
Cahya Dewi Mariana
Cahya Dewi Mariana Mohon Tunggu... -

belajar menuangkan ide dalam bentuk tulisan, untuk dibaca, dinikmati, dan diambil hikmah positif nya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pangeran Arzan

27 November 2015   16:28 Diperbarui: 27 November 2015   18:16 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pembicaraan mereka semakin akrab. Malam itu Mecca senang sekali karena Liona ternyata teman yang baik, ia tidak meremehkan impian Mecca dan bahkan memberi dukungan agar Mecca bisa meraihnya kelak.

Dan keesokan pagi nya pun Liona pamit untuk meneruskan perjalanan ke negeri seberang.

“Mecca, jangan takut untuk bermimpi, jangan kecilkan kuasa Tuhan untuk mewujudkan impianmu” begitu pesan terakhir Liona sebelum kudanya berjalan.

Mecca pun melanjutkan hidupnya dengan semakin yakin bahwa impiannya kelak akan terwujud. Hari itu saatnya pergi ke kota untuk menjual hasil tenunan nya sebulan terakhir. Dia senang sekali karena hasil tenunannya habis dibeli seorang saudagar. Sambil bersenandung riang ia pun menghitung uang yang diperolehnya hari itu.

“Hai Mecca, lama tidak bertemu, apa kamu sudah menikah dengan Pangeran Arzan?” sapa Emily sambil mencibir. Ia pun berlalu sambil menggandeng tangan suaminya, Wak Akong.

Melihat Emily tampak bahagia bersama Wak Akong, hati Mecca tiba-tiba miris. Hampir dua tahun impiannya untuk menikah dengan Pangeran Arzan, dan selama itu semua gadis Bunaya telah menikah dan memiliki anak. Hanya ia yang masih belum menikah. Dan semua orang mencibirnya.

“Kamu pasti sedang memikirkan kata-kata Emily tadi ya?” celetuk Liona membuat Mecca terkejut.

“Sejak kapan kamu berada disini, Liona?” tanya Mecca mengusap pipinya.

“Cukup untuk mendengar dan melihat apa yang disampaikan temanmu Emily tadi, dan aku sebagai temanmu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini! Sekarang ayo ikut aku!” ajak Liona geram sambil menggandeng tangan Mecca.

“Kita mau kemana?”

“Bagaimana kamu meraih impianmu kalau kamu hanya berdiam di Bunaya dan hanya sesekali saja ke kota. Kamu tidak akan menikah dengan Pangeran Arzan kalau kamu tidak melakukan apapun” nasihat Liona sambil menyuruh Mecca naik ke atas kuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun