Mohon tunggu...
Septian Ade Cahya Dewata
Septian Ade Cahya Dewata Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negeri Indah Yang Hampir Goyah

16 Maret 2017   01:37 Diperbarui: 16 Maret 2017   02:09 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Indah, ramah, dan membahagiakan”. Itulah ungkapan yang sangat melekat dengan Indonesia di mata dunia. Dari masa ke masa Indonesia memiliki berbagai julukan di mata dunia. Salah satunya, Indonesia dikenal sebagai heaven earth(Surga Dunia). Pemandangannya yang menawan serta keramahan penduduknya, menjadikan Indonesia bagaikan surga untuk sebagian besar masyarakat dunia. Hampir tak ada yang bisa menolak keindahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh negeri yang penuh keragaman dan keindahan ini. Negeri dimana kita dapat melihat indahnya permadani hijau yang terhampar luas di depan mata, negeri dimana kita bisa melihat semua penduduknya menjadi saudara bagi siapapun yang datang menyapa, dan negeri dimana kita bisa melihat ragam kebudayaan yang tumbuh dalam persatuan. Indonesia memang negeri yang penuh dengan kenyamanan dan kedamaian. Karena hal itulah negeri ini disebut sebagai negeri yang menjanjikan untuk dikunjungi dan ditinggali.

Namun zaman telah berganti. Dewasa ini, kata diatas seakan hanya menjadi ungkapan belaka yang hanya tinggal cerita. Indonesia kini telah berubah menjadi gaduh, panas dan sesak. Ya, gaduh masyarakat yang menuntut hak-haknya dipenuhi oleh pemangku kekuasaan, panas situasi hati sebagian besar masyarakatnya karena nyaringnya suara yang menebar kebencian dan sesak bagi orang-orang yang merasa keberadaannya tak dilihat oleh banyak orang disekitarnya. Mengapa demikian? Hal itu disebabkan oleh pertukaran arus informasi yang berjalan sangat cepat, luas dan tak mengenal batas. Hal itulah yang membuat masyarakat Indonesia sangat mudah dan cepat dalam menerima berita tentang “Indonesia hari ini” yang terkadang tak diketahui dari mana berita itu digali. Di era yang menjunjung tinggi kebebasan bersuara ini, seakan menjadi arena perlombaan bagi siapapun yang ingin teriakannya didengar oleh seluruh penjuru negeri. Jika teriakkanya tidak didengar, maka dengan perlahan dia akan menyingkirkan lawan yang menghalangi nyaring suaranya. Entah mengapa Indonesia kini menjadi negeri yang penuh dengan pertengkaran, permusuhann serta tebar suara kebencian yang perlahan mulai merong-rong persaudaraan di negeri yang penuh harapan.

Lalu dimanakah keindahan negeri yang selalu didambakan bagi seluruh orang yang ada didalamnya? Seakan negeri yang penuh kebahagiaan ini kini telah berubah menjadi medan perang bagi mereka yang ingin dipuji dan diunggulkan. Gotong royong, toleransi, persaudaraan, dan kebahagian seakan kini hanya menjadi dongeng yang pernah menghisasi negeri ini. Seakan banyak masyarakat negeri ini yang lupa bahwa mereka dipersatukan oleh perjuangan dalam mengakhiri penjajahan dan penindasan, mereka seakan lupa bahwa telah dipersatukan oleh keragaman yang menumbuhkan pengertian. Ya, pengertian untuk saling menghargai dan menjaga satu sama lain, pengertian untuk saling menghormati perbedaan. Bukan haya pengertian yang menginginkan penghormatan atas apa yang dilakukan. Namun masyarakat negeri ini perlahan mulai sadar bahwa kebencian yang mereka lontarkan hanya akan merusak kenyamanan dan kedamaian untuk negeri yang mereka tinggali ini. Masyarakat mulai sadar bahwa negeri ini membutuhkan kesejukan bagi seluruh penghuninya bukan kebencian yang perlahan menghancurkan. Damailah Indonesiaku…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun