Dilihat dari data ETH Zurich (2018), terjadi perkembangan terhadapt tingkat globalisasi yang terjadi di berbagai negara ASEAN. Bahkan jika dilihat dari perkembangan tingkat globalisasi yang terjadi di berbagai negara ASEAN, liberalisasi perdagangan terlihat berhasil meningkatkan GDP negara (data Worldbank, 2019). Meningkatnya globalisasi di suatu negara menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi lainnya, utamanya dalam industri perdagangan.Â
Namun, keberhasilan liberalisasi perdagangan dengan adanaya globalisasi nyatanya tidak selamanya memberikan dampak baik bagi berbagai negara, utamanya negara-negara berkembang. Di negara-negara ASEAN sendiri, ketimpangan ekonomi terkihat secara nyata, bahkan ketimpangan yang dimiliki beberapa negara terbilang mengalami peningkatan. Peningkatan globalisasi dijelaskan oleh Ying (2014) bahwa tidak dibersamai dengan adanya peningkatan ekonomi maupun penurunan ketimpangan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan perekonomian negara nyatanya malah membawa masayarakat kepada ketimpangan pendapatan.
 Di Indonesia sendiri, berbagai komoditas unggulan yang dimiliki Indonesia, dengan adanya globalisasi dapat dipasarkan secara global melalui adanya liberalisasi perdagangan. Indonesia yang kaya akan komoditas pertanian dimanfaatkan untuk terus dioptimalkan untuk menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Melalui komoditas unggulan yang dimiliki, per tahun 2022, industri pertanian Indonesia berhasil memberikan sumbangan sebesar 50,41% bagi sektor pengolahan nonmigas dengan total ekspor industri pertanian yang mencapai presentase 56,6% dari total USD25,12 Miliar.
Di sisi lain, Indonesia dengan kekayaan pertanian yang menjadi komoditas unggulan dewasa ini menjadi polemik yang muncul dengan dalih lingkungan. Komoditas perekebunan Indonesia yang memberikan input cukup besar bagi ekonomi nasional sempat mendapat larangan ekspor dari negara-negara Eropa atas dasar isu lingkungan deforestasi. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan liberalisasi ekonomi yang hendaknya memberi kebebasan pasar. Nyatanya kebebasan pasar ini tetap memiliki batasan yang secara tidak langsung dibuat oleh yang kuat untuk menindas yang lemah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Panji Sudono (2019), globalisasi nyatanya memang memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi, namun juga memberikan pengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. Sehingga secara tidak langsung, negara berhasil meningkatkan roda ekonomi negara, namun kemiskinan dan ketimpangan ekonomi masih jelas adanya.Â
Globalisasi yang berfokus pada mobilitas manusia dan mobilitas capital berusaha menegasikan satu sama lain sehingga melahirkan kemiskinan dan ketimpangan di satu sisi. Globalisasi yang tampak membawa kemudahan dalam berbagai hal, salah satunya ekonomi secara tidak langsung menunjukkan adanya penindasan diantara siapa yang terkuat dan siapa yang terlemah.Â
Daftar PustakaÂ
BIBLIOGRAPHY Bekti, P. S. (2019). PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI ASEAN.
Farhan, Rizqon Jamil; Riyanti, Ratna. (2022). PENGARUH GOBALISASI TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA. Jurnal Ilmiah MEA Vol.06 No.02, 758-771.
Kemenperin. (2022, Oktober 04). Menperin: Potensi Komoditas Perkebunanan Masih Tinggi. Retrieved from kemenperin.go.id: https://kemenperin.go.id/artikel/23593/Menperin:-Potensi-Komoditas-Perkebunan-Masih-Tinggi#:~:text=%E2%80%9CKomoditas%20industri%20hasil%20perkebunan%20Indonesia,kopi%2C%20teh%20dan%20minyak%20atsiri
Maharani, D. M. (2022, Desember 16). Sisi Lain Globalisasi Ekonomi: Memperdalam Jurang Kemiskinan. Retrieved from kumparan.com: https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/tugumalang/sisi-lain-globalisasi-ekonomi-memperdalam-jurang-kemiskinan-1zRybDfTmYD