Mohon tunggu...
Cahyaanisrina
Cahyaanisrina Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa

SAYA MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Fatherless, Tidak Hadirnya Figur Ayah Memengaruhi Perkembangan Anak

16 Juni 2024   22:25 Diperbarui: 16 Juni 2024   22:45 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini,  kata  "fatherless" sering dibahas di media sosial bahkan para selebgram pun turut membahasnya. Mungkin kalian pun tak asing dengan kata ini, fatherless diartikan sebagai tidak terlibatnya sosok ayah dalam kehidupan anak. Menurut psikolog asal Amerika, Edward Elmer Smith, mengatakan bahwa fatherless country adalah kondisi suatu negara yang kebanyakan masyarakatnya cenderung tidak merasakan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak.

Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan tingkat fatherless cukup tinggi di dunia yaitu menempati urutan ketiga. Meskipun belum ada penelitian yang membuktikan hal itu, namun isu tentang fatherless ini mempertanyakan kembali mengenai peran ayah dalam keluarga khususnya dalam merawat dan membimbing anak.

Dalam merawat anak diperlukan kontribusi kedua orang tua. Tidak hanya Ibu, namun figur ayah juga harus hadir dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis anak. Peran ayah dalam  keluarga tidak hanya mencari nafkah untuk keluarga, tetapi juga turut andil mengasuh anak. Mengutip artikel DP3A Kota Semarang, menyatakan bahwa "bermain dengan anak, dukungan emosional, monitoring, dan hal yang berkaitan dengan disiplin dan aturan cenderung dibagi bersama ayah dan ibu."

Hal itu sangat penting diperhatikan, sebab figur ayah memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan dan karakter anak di masa depan.

Interaksi antara ayah dan anak dapat menyebabkan anak cenderung  lebih komunikatif dalam berinteraksi dan dapat menggunakan kosakata maupun kalimat yang lebih bervariasi, sebab pola pembicaraan ayah dengan anak lebih mengarah pada pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana. Hal itu memberikan dampak positif pada anak yaitu ketika anak berinteraksi dapat berkomunikasi dengan lebih bertanggung jawab.

Ayah yang sering berinteraksi dengan anak dapat berdampak positif pada perkembangan anak seperti anak pada usia 6 bulan akan memiliki kemampuan kognitif yang meningkat. Kemampuan kognitif itu dapat terus berkembang hingga pada usia 1 tahun, anak memiliki kemampuan problem solving yang baik. Terakhir, anak pada usia 3 tahun dapat memiliki nilai IQ yang lebih tinggi daripada anak seusianya.

Keterlibatan ayah dalam memberikan dukungan emosi kepada anak dapat meningkatkan kepercayaan diri pada anak. Selain itu, anak juga dapat mengontrol emosi, dapat mengatasi stres dengan baik, dan dapat meminimalisir rasa takut dan ragu dalam diri anak.

Anak yang merasakan tidak adanya kehadiran figur ayah dalam  hidupnya akan berdampak padanya hingga dewasa. Dampak yang dapat dirasakan anak seperti :

  • Rendahnya penghargaan atas dirinya sendiri
  • Merasa takut dalam mencoba hal baru, cemas, bahkan tidak bahagia
  • Kurangnya kemampuan dalam bersosialisasi
  • Dapat berisiko memiliki masalah perilaku di lingkungannya

Lalu, faktor apa saja yang dapat menyebabkan anak mengalami  fatherless?

Hilangnya peran ayah dalam mengasuh anak dapat dilatar belakangi oleh beberapa hal, seperti masih melekatnya budaya pada masyarakat yang mengindikasikan peran ibu yang mengurus urusan rumah tangga dan mengasuh anak, sedangkan ayah berperan dalam mencari nafkah untuk keluarga. Ayah yang sibuk mencari nafkah memungkinkan anak jarang bertemu bahkan berinteraksi dengan ayah.

Selain itu, terjadinya perceraian orang tua memungkinkan anak kehilangan figur ayah dalam masa perkembangannya. Menurut laporan Badan Statistik Indonesia tahun 2022, kasus perceraian meningkat dari tahun sebelumnya yakni mencapai 516.344 kasus. Sedangkan pada tahun 2023 ada 463.654 angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 10,2% dibanding tahun 2022.

Mengingat kehadiran figur ayah yang sangat penting bagi anak, para ayah harus merefleksikan kembali mengenai perannya dalam mengasuh anak. Adanya isu Fatherless ini bisa menjadi pengingat bagi para ayah untuk mewujudkan perannya dalam mengasuh anak. Para ayah dapat mewujudkan perannya dengan cara meningkatkan dan memperbaiki hubungannya dengan anak. Selain itu, bisa diwujudkan dengan cara menjadi tauladan bagi anak, mengajarkan berkehidupan sosial, membantu anak dalam menyiapkan kebutuhan, membimbing anak dalam mempersiapkan masa depannya, dan menjadi teman bermain bagi anak, sehingga bisa memiliki hubungan yang dekat dengan anak.

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun