Mohon tunggu...
tamrin
tamrin Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Guyang, mak kucil.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Meninjau dari Pengalaman, Listrik Merubah Segalanya

18 April 2016   07:49 Diperbarui: 21 April 2016   21:11 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Listrik Pintasr, www.pln.co.id"][/caption]Di jaman sekarang ini siapa yang tidak menggunakan listrik, listrik sudah menjadi kebutuhan sehari, mulai dari penerangan hingga untuk berbagai keperluan rumah tangga semua menggunakan listrik. Lain halnya dengan saudara-saudara kita yang masih terisolir tak ada jaringan PLN, di daerah-daerah tertentu di wilayah indonesia belum bisa menikmati listrik.

Dulu aku di lahirkan di sebuah desa pedalaman yang terletak di daerah pegunungan  jauh dari jaukauan ibu kota kecamatan apalagi ibu kota kabupaten, menurut cerita orang tua ku waktu prosesi kelahiran ku di rumah yang di tolong oleh seorang dukun tidak lain ia adalah neneku sendiri. Pada waktu prosesi kelahiran di tengah malam hanya menggunakan lampu seadaanya yaitu lampu miyak tanah atau yang disebut di daerah kami sebagai lampu ”culuk” yang nyalanya tidak begitu terang atau yang sering disebut remang-remang, itu pun sudah menyalakan empat lampu minyak.

[caption caption="Lampu Miyak"]

[/caption]Jauh dari di katakan layak untuk penerangan, yang di banding sekarang yang sudah menggunakan PLN yang mana dapat digunakan untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainya. Kurang lebih sepuluh tahun aku hidup di desa pedalaman bersama orang tuaku yang hanya berprofesi sebagai pekebun kopi. Setiap malam tiba ibu ku selalu menyiapkan miyak tanah untuk mengisi lampu sebagai penerangan, Nyala lampu minyak membuat bagian ruang pondok menjadi hitam tidak hanya itu saja, lubang hidung pun menjadi hitam karna asapnya, tidak seperti lampu PLN sekarang yang dapat digunakan tanpa membuat polusi.

 Yang masih ku ingat lampu miyak juga hampir menghanguskan pondok kami, karna pada saat kami tertidur lampu penerangan kami di senggol oleh tikus yang berkeliaran di rumah kami, maklum namanya saja di daerah perkebunan. Untung saja bapak ku terjaga dari tidurnya hingga tidak berakibat fatal. Beliau terjaga dari tidur di dapati lampu yang sudah terbalik dan membakar sebagian lantai yang terbuat dari pelepah bampu. 

Ia segera mengambil air dan menyiramnya hingga apinya padam. Kami semua terbangun karna kegaduhan bapakku yang medamkan api sambil berteriak “buu!!...buuuu!!... bangun ajak anak turun pondok kita terbakar...” Ibu ku bangun langsung membopongku dan menuruni tangga. Tidak lama apinya padam karna yang terbakar belum seberapa besar.

 Aku pun menangis karna takut. ibu ku menenangkan ku dan kami naik lagi ke pondok . itu kata bapak, peristiwa itu terjadi karna ia lupa menaruh lampu miyak di tengah baskom yang berisi air (yang mana gunanya untuk keamanan, apabila lampunya terbalik karena hal apa pun maka lampunya akan segera padam terkena genangan air dalam baskom). Kalau jaman sekarang menggunakan lampu PLN lebih aman dan nyaman dan lebih rapi dalam peletakannya.

Singkat cerita aku dititip bapak di tempat bibi, supaya aku bisa bersekolah di desa luar yang mana dekat dengan jalan raya, (Daerah ini di wilayah Kab. OKU Selatan dan sekarang nama desanya Simpang Sender Selatan, sampai dengan sekarang belum ada jaringan PLN) tidak berhenti disitu saja ternyata tempat bibiku setelah malam tiba juga menggunakan lampu minyak. 

Jadi aku pun kalau belajar pada malam hari tetap menggunakan lampu minyak, ternyata jauh dari harapan dalam benakku yang mana aku berharap setelah aku di tempat bibiku kalau belajar dapat menikmati lampu yang terang. Tapi tidak begitu, terkadang pamanku sesekali menyalakan lampu yang agak besar atau yang disebut dengan “lampu petromak” yang mana sama-sama menggunakan bahan bakar miyak tanah.

[caption caption="Petromak, nanaharmanto.wordpress.com"]

[/caption]Memang jauh lebih terang dari pada lampu minyak biasa, namun sayang tak bisa setiap malam menyalakan lampu petromak, karna membutuhkan bahan bakar minyak lebih banyak, sehingga akan menguras penghasilan, tidak seperti sekarang menggunakan lampu PLN lebih terang dan hemat biaya. Dimana untuk menyalakan petromak membutuhkan tiga perempat liter miyak yang dapat menyala dari jam 06 sore sampai jam 10 malam.

Bila dibandingkan dengan menggunakan lampu miyak biasa yang dapat di gunakan lebih dari tiga malam. Itulah alasan paman tidak menyalakan lampu petromak tiap malam, lampu petromak biasanya di pakai pada waktu ada acara atau keramaian kumpul keluarga saja.

Satu tahun kemudian aku pindah lagi ketempat paman, kakak dari bapakku yang lebih jauh dan beda kecamatan kalau sekarang sudah beda kabupaten, untuk melanjutkan sekolahku. Setelah tiba di tempat paman waktu sudah menjelang sore, malam tiba ternyata tempat pamanku juga masih menggunakan penerangan dengan lampu miyak. Tapi setelah dua tahun aku tinggal bersama paman barulah ada ramai-ramai orang pada membicarakan masalah siapa yang mau menyambung lampu PLN, yang mana jaringannya akan segera di bangun di desa tempat tinggal ku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun