Mohon tunggu...
Cahya Rahmadhan Mutasyakir
Cahya Rahmadhan Mutasyakir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Saya menyukai menonton film dan membaca buku. Selain itu saya menemukan minat dibidang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Banda Neira sebagai Destinasi Budaya dan Sejarah Para Pejuang

25 Januari 2024   12:09 Diperbarui: 25 Januari 2024   12:23 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(11/01/24) Banda Naira adalah adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, dan merupakan pusat administratif Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Banda Naira adalah sebuah pulau yang menjadi primadona pada zaman kolonial, menjadi rebutan bagi para kolonial yang haus akan rempah-rempah. Karena Banda Naira adalah penghasil pala dan cengkeh terbesar pada masa tersebut. Selain terkenal dengan banyaknya rempah-rempah, Banda Naira juga menjadi saksi biksu bagaimana jejak Kolonial yang ada disana, terdapat Benteng, dan bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang menjadi bukti bahwa kolonial pernah menginjakkan kaki didaerah tersebut. Selain para kolonial, tentu para pejuang kemerdekaan Indonesia, seperti Bung Hatta dan Bung Syahir yang dibuang pada zaman Belanda ke pulau Banda Naira. 

Sebagai salah satu bagian dari tim Magang Berbudaya Direktorat Perlindungan Kebudayaan, saya berkesempatan untuk pergi ke Banda Naira. Menikmati panorama yang disajajikan dan bagaimana sejarah yang ada di Sana. Saya mengunjungi banyak tempat. Seperti Benteng Belgica, salah salah yang ada di duit seribu cetakan kertas yang terdapst foto pahlawan Maluku Kapten Pattimura dengan Latar Belgica yang indah. Belgica adalah sebuah wujud benteng yang dibuat dengan mewah dan indah, bagaimana juga dibuat dengan strategis karena benteng Belgica langsung mengarah ke laut dan gunung api Banda. 

Selain Benteng Belgica saya juga mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Hatta, melihat bagaimana rumah yang selama bertahun-tahun ditinggali, membuat darah saya berdesir, seorang Bu Syahir tidak pernah berbohong, bahwa "Jangan mati sebelum ke Banda Naira". 

dok. pri
dok. pri

Sebagai seorang anak bangsa Indonesia saya sangat bangga bisa menginjakkan kaki disini dan bisa melihat semua keindahan yang ada di Banda Naira. Dengan posisi sebagai Asisten Pendata Objek Pemajuan Kebudayaan, kami juga membuat laporan soal kebun Pala terbesar di Banda Naira yang termasuk ke dalam jalur rempah dunia. Bagaimana Banda Naira sebagai pemasok Pala terbesar, disekitar rumah dan jalan jalan, saya selalu menemukan pohon Pala yang Tumbuh subur disekitar. 

Dengan itu perjalanan saya, sebagaimana semestinya, dengan menggunakan kapal feri saya berapa empat hari disana dengan pulang dan pergi terhitung satu malam. Pengalaman yang tak pernah saya lupakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun