Konsep Diri
Dalam psikologi, "konsep diri" berarti pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri yang menyeluruh dan mendalam yang dapat diberikan seoptimal mungkin. Â Stuart dan Sundeen mengatakan bahwa konsep diri menakup semua konsep, pikiran, keperayaan dan pendirian yang diketahui seseorang tentang dirinya dan berdampak pada cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Ini termasuk nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan dan keinginan serta persepsi indiidu tentang sifat dan kemampuan mereka sendiri.Â
Jenis konsep diri menurut Hurlock, yaitu :
- Konsep diri dasarÂ
Melibatkan nilai-nilai, keperayaan dan keinginan seseorang. Serta persepsi mereka tentang bagaimana mereka terlihat, mampu dan bagaimana status mereka dalam kehidupan mereka. Konsep diri dasar biasanya berkaitan dengan kenyataan bahwa seseorang melihat dirinya seperti apa yang sebenarnya, bukan seperti yang mereka inginkan. Ini tidak berubah di manapun dan keadaan apapun.
- Konsep diri sementara
Konsep diri yag sifatnya sementara digunakan sebagai patokan. Konsep ini dapat menghilang tergantung tempat dan keadaan. Interaksi dengan  lingkungan membentuk konsep diri sementara ini dan besarnya dipengaruhi oleh perasaan, emosi, dan pengalaman baru yang dilalui.
- Konsep diri Sosial
Konsep diri sosial diperoleh melalui interaksi sosial dengan orang lain. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri bergantung pada bagaimana orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.
- Konsep diri ideal
Konsep diri ideal terbentuk dari persepsi dan keyakinan remaja tentang dirinya yang diharapkan atau yang ingin seharusnya dimilikinya.
Mereka yang memiliki konsep diri yang positif akan merancang tujuan yang sesuai dengan kenyataan, memiliki kemungkinan besar untuk dicapai dan menganggap hidup sebagai proses menemukan diri sendiri.
Konsep diri yang positif menakup hal-hal berikut :
- Yakin akan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah
- Merasa setara dengan orang lain
- Menerima pujian tanpa merasa malu
- Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan, dan tindakan yang berbada dari apa yang dilihat orang lain
- Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri
"Emosi" berasal dari kata "emetus"atau "emouere" yang berarti "tetap berdiri" yang berarti dorongan untuk melakukan sesuatu yang lain. Emosi adalah perasaan yang dimiliki seseorang. Perasaan dapat berupa senang atau tidak senang, baik atau buruk. Â Goleman mengatakan "Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serangkaian keenderungan atau bertindak".
Karakteristik perkembangan emosi
- Bayi baru lahir - 1 tahun : Anak mulai mengenal dunia di sekitarnya. Anak belajar membedakan antara hal-hal yang menyenangkan dan yang tidak
- Usia 2-3 tahun : Di tahap ini anak belajar tentang ekspresi emosi, mereka sering mengalami tantrum saat frustasi atau menggunakan gambar untuk mengungkapkan perasaan mereka.
- Usia 3-5 tahun : Anak mulai mengelola emosi mereka secara mandiri. Ini adalah fase penting dimana anak belajar mengelola empsi mereka.
- Usia 6-12 tahun : Anak belajar mengendalikan perilaku yang memungkinkan mereka menyembunyikan emosi mereka dengan cara yang sesuai dengan aturan sosial, dan di tahap mereka mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi mereka.
- usia >12 tahun : Â Anak mulai memiliki kemampuan untuk berpikir dan menganalisi emosi atau pemikiran mereka.Â
Oleh karena itu, penting untuk mengingat bahwa perbedaan dalam perkembangan emosinya dengan benar. Kepercayaan pada orang tua sebagai panutan dapat membantu anak mengendalikan emosi, menjadi mandiri dan berani mengambil resiko.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
- Faktor Biologis : Kecenderungan terhadap reaksi emosional tertentu dan kerentanan terhadap gangguan emosional dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.
- Pengalaman Hidup : Kualitas interaksi anak-anak dengan orang tua dan pendidik dapat membentuk pola hubungan sosial dan pengendalian emosi.
- Lingkugan Sosial : Cara seseorang mengekspresikan dan mengekspresikan emosinya dapat dipengaruhi oleh interaksi lingkungannya, keluarganya, dan ekspresi emosional yang diterima dalam masyarakat tertentu.
- Stimulus Lingkungan : Pengalaman traumatis, baik secara fisik maupun emosional, dapat mempengaruhi mood dan reaksi emosional. Faktor-faktor seperti pencahayaan, suara, dan warna dapat mempengaruhi mood dan reaksi emosional.
- Interaksi Sosial : Kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan membantu orang lain secara emosional dapat diperkuat oleh interaksi sosial mereka dengan teman sebaya mereka.
- Pengalaman Kognitif : Pengendalian emosi dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan untuk memahami, membedakan, dan mengartikulasikan perasaan orang lain dan diri sendiri.
Perkembangan emosi mempengaruhi fisik dan tingkah laku remaja. Perkembangan emosi remaja biasanya dapat mempengaruhi tingkah laku mereka. Meskipun tidak selalu, remaja sering mengalami perasaan marah, kesal, sedih, atau gembira. Ada aturan untuk mengungkapkan emosi. Remaja perlu mengendalikan emosinya agar mereka dapat mengekspresikan emosi mereka dengan benar . Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahan pendidikan merupakan salah satu pendekatan yang paling strategis karena sebagian besar remaja pergi ke sekolah dan memiliki hubungan langsung dengan guru mereka, yang berarti mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkomunikasi dan bergaul dengan mereka.
Perkembangan Moral, Nilai dan Sikap
Moral adalah ajaran tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang akhlak, kewajiban, dan lainnya (Purwadarminto: 1950: 957). Moral mengatur segala hal yang dianggap baik dan harus dilakukan serta hal-hal yang dianggap tidak baik dan harus dihindari. Nilai adalah ukuran yang digunakan untuk menentukan apa yang baik atau buruk dalam hal perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Nilai juga mencakup hal-hal seperti benar atau salah, boleh atau tidak boleh, dan indah atau tidak indah. Oleh karena itu, pandangan dan tindakan seseorang dalam kehidupan di masyarakat didasarkan pada nilai. Menurut Gerungan, sikap secara umum didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap situasi tertentu. Teori ini terkait dengan motivasi dan mempengaruhi tindakan seseorang.
Upaya pengembangan moral, nilai, dan sikap serta implikasinya
- Teknik Pengasuhan : Menurut teori psikoanalisis Freud, unsur pengasuhan anak yang membantu perkembangan moral anak adalah menanamkan ketakutan akan hukuman dan kehilangan kasih sayang orang tua. Metode ini fokus pada disiplin yang diterapkan oleh orang tua.
- Perasaan Empati : Perasaan positif seperti empati mempengaruhi perkembangan moral remaja. Merasakan empati berarti memiliki kemampuan untuk melihat kondisi psikologis orang lain dan bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan cara yang sama. Ini dianggap sebagai keadaan emosional, tetapi seringkali juga memiliki komponen kognitif.
- Sikap altruisme : Dalam perawatan anak, altruisme orang tua berarti bahwa orang tua mengutamakan kepentingan anak dan kesejahteraan mereka daripada kepentingan mereka sendiri. Dalam hal ini, altruisme berarti mengorbankan atau memberi orang tua tanpa pamrih untuk membantu perkembangan emosional, fisik, dan moral anak.
- Menciptakan Lingkungan yang Serasi : Seseorang yang mempelajari nilai-nilai hidup bermoral dan kemudian mengembangkan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai tersebut biasanya hidup dalam lingkungan yang positif, jujur, dan secara konsisten mendukung sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Perkembangan Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru bukan hanya sesuatu yang benar-benar baru melalui kombinasi ide, langkah, atau produk. Istilah "kreativitas" berasal dari kata "to create", yang artinya "membuat".
Serangkaian studi kreativitas terhadap kreativitas ditunjukkan pada bagian ini. Menurut Clark Mustakis (dalam Utami.WN. 2016:16), berikut adalah ciri-ciri kreativitas:
- Memiliki disiplin yang tinggi
- Memiliki kemandirian yang tinggi
- Sering menentang otoritas
- Memiliki rasa humor
- Mampu menentukan tekanan kelompok
- Lebih mampu menyesuaikan diri
- Senang bertualang
- Toleran terhadap ambiguitas
Perkembangan Kreativitas Anak
- Usia 1 tahun
Pada usia ini, keterlibatan anak dalam seni kreatif memerlukan penggunaan seluruh tubuh. Saat mereka mencoba menciptakan sesuatu, ia sering menggenggam, mengunyah, menghentak, dan meremas.
- Usia 2-3 Tahun
Anak-anak menikmati mencorat-coret pada usia ini. Coretan anak biasanya tidak terkendali, tidak teratur, dan acak. Coretan-coretan ini lebih berasal dari aktivitas fisik yang dihasilkan oleh gerakan bahu daripada gerakan siku atau pergelangan tangan, yang anak-anak belum dapat dikendalikan sepenuhnya.
- Usia 4 Tahun
Pada masa awal, permainan dan aktivitas kreatif sangat penting untuk proses pembelajaran dan perkembangan. Anak-anak di bawah umur biasanya senang menyampaikan ide dan dunia mereka melalui musik, pakaian, materi seni, bahasa, dan gerakan. Ia menyukai berekspresi dengan menggunakan berbagai alat, seperti krayon, cat, adonan, tanah liat, gunting, lem, dan kertas.
- Usia 5 Tahun
Kegiatan bermain yang kreatif dan imajinatif sangat penting untuk pembelajaran dan perkembangan kreativitas anak yang berumur 5 tahun. Kegiatan ini meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik, pemecahan masalah, dan berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H