Mohon tunggu...
Putra Sang Fajar
Putra Sang Fajar Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Pengetahuan

Menyukai aktivitas belajar dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berhasil Olah Biodiesel, Pertamina Tak Lagi Impor Solar

14 Februari 2021   11:07 Diperbarui: 14 Februari 2021   11:17 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi BBM jenis Solar di SPBU Pertamina (credit: tempo.co)

Dengan rampungnya konstruksi fase-1 tersebut, Kilang Cilacap ditargetkan bisa mengolah Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) sebanyak 3.000 barel per hari.

Proyek tersebut akan diteruskan ke fase-2 pada tahun depan untuk menghasilkan 6.000 barel biodiesel setiap harinya. 

Setelah itu, Pertamina akan melanjutkan kembali pembangunan kilang hijau di Plaju yang ditargetkan rampung 2023. Kilang tersebut bakal memiliki kapasitas pengolahan CPO sebesar 20 ribu bph.

Pada akhirnya, kebijakan Pertamina tersebut ditujukan untuk memenuhi harapan pemerintah, dimana pada 2030 nanti produksi bahan bakar hijau ini, baik green diesel dan green gasoline mencapai 14 juta KL atau naik 65 persen dari jumlah saat ini sebesar 8,4 juta KL.

Adapun sasaran penggunaan biodiesel tersebut pertama kali tetap untuk konsumsi dalam negeri. Meskipun ke depan tak menutup kemungkinan untuk mengekspor produksi yang ada.

Artinya, di sini kita akan mulai membalikkan kondisi, dari awalnya importir migas berubah menjadi eksportir biodiesel. 

Untuk mewujudkan itu, Pertamina berencana menggenjot investasi pada sejumlah lini bisnis tahun ini. Tak tanggung-tanggung perusahaan BUMN energi tersebut menyiapkan belanja modal hingga US$ 10,7 miliar. Angka tersebut meningkat lebih dari dua kali dari investasi tahun lalu sebesar US$ 5,2 miliar.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan alasan investasi "super jumbo" tersebut. Hal itu karena menurutnya, kita masih terlalu banyak impor BBM, sehingga sebagian besar investasi Pertamina (sekitar 60 persen) bakal dialokasikan untuk sektor hulu.

Harapannya dengan berinvestasi pada sektor yang produktif seperti itu, Pertamina akan lebih menguasai pasokan energi. Sehingga saat dunia mulai berubah kepada penggunaan EBT, maka Indonesia sudah siap dan pada posisi termaju.

Menurut saya, kebijakan Pertamina di atas merupakan langkah yang cerdas. Bukan hanya dari sisi ekonomi saja, tetapi juga mampu membaca dan mengantisipasi kemungkinan pergeseran energi di masa depan.

Kita tahu, dunia bakal berubah. Penggunaan energi baru dan terbarukan tak terelakkan lagi. Tapi sekarang kita sedikit lega, karena Pertamina sudah memikirkan itu dan mulai beralih ke sana.

Inilah momentum bagi kita untuk menjadi negara termaju di bidang energi. Jangan disia-siakan lagi. Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun