Masih segar dalam ingatan saya, salah satu pesan dari guru saya, ketika saya duduk di bangku sekolah dulu “Bila kamu ingin kaya maka sebaik-baiknya pekerjaan adalah berdagang”. Kata-kata tersebut saya masih ingat hingga hari ini.
Namun tanpa pernah memikirkannya secara mendalam, apalagi merealisasikannya karena saya terlanjur sibuk dengan rutinitas kuliah dan pekerjaan yang saya tekuni saat itu yaitu mengajar. Apalagi profesi guru yang saya tekuni mengharuskan saya untuk selalu focus dan semangat dalam mengajar demi memberikan yang terbaik bagi para siswa.
Namun seiring berjalannya waktu, tak pernah disangka sebelumnya, tiba tiba saya “tanpa sengaja” diperkenalkan dengan dunia usaha/bisnis walau dalam skala kecil. Usaha tersebut adalah menjual ramuan ragam jamu tradisional seperti jamu kunyit, kunyit asem, beras kencur, temulawak, sambiloto, jahe merah dan lain sebagainya.
Singkat cerita, semua itu berawal dari hobi saya meminum jamu untuk menjaga kesehatan. Namun karena kesulitan mencari jamu yang berkualitas baik dan higyenis maka akhirnya saya mencoba untuk membuat/meramu sendiri. Kebetulan saya memiliki kemampuan dan pengalaman membuat ramuan jamu sendiri yang saya dapatkan dari ibu dan nenek saya yang memang ahli membuat ramuan jamu.
Biasanya ketika libur tiba, hari sabtu dan minggu, (Senin-Jumat saya mengajar) saya menyempatkan diri membuat beragam ramuan jamu seperti kunyit, kunyit asem, beras kencur, jahe, temulawak, sambiloto dan lain sebagainya.
Awalnya memang untuk tujuan dikonsumsi sendiri. Ternyata beberapa kawan saya yang mencicipinya menyatakan bahwa ramuan jamu saya itu uenak banget. Rasanya pas, enak, dan segar menyegarkan. Walhasil, akhirnya kawan-kawan saya banyak yang memesannya.
Seiring berjalannya waktu, melihat respon pelanggan dan prospek usaha ini maka beberapa kawan-kawan saya memberikan masukan untuk mencoba menjual ramuan jamu-jamu ini ke masyarakat. “Sayang banget mbak kalo racikan jamu yang enak ini nggk dijual, pasti laris manis deh, apalagi kan bahan-bahannya bagus dan higyenis”.
Salah satu dari mereka menyarankan untuk membuka stand jamu di arena Bazaar Rakyat, di Jl Kertamukti Ciputat yang diadakan setiap hari minggu pagi. “Setahu saya di Kertamukti Ciputat ada bazar yang ramai, coba deh iseng jual di sana”. Akhirnya saya “iseng” untuk menjual produk jamu buatan sendiri itu di bazaar rakyat tersebut.
Di minggu pertama, saat itu saya membawa 5 botol jamu kunyit asem dan 5 botol beras kencur. Harga perbotol waktu itu masih 10 ribu saja. Ternyata semuanya habis dan ludes dibeli orang. Di minggu ke-2 saya membawa lebih banyak lagi, yaitu 7 botol kunyit asem, 3 botol kunyit biasa, dan 5 botol beras kencur. Ternyata juga sama, ludes semua dalam waktu 30 menit saja. Bahkan banyak yang tidak kebagian. Rasanya kasian juga melihat pembeli yang tidak kebagian. Saya akhirnya menjanjikannya di minggu depan pasti dapat.
Biasanya saya menjual jamu dalam bentuk kemasan botol, namun karena banyaknya permintaan menggunakan plastic kecil dengan alasan lebih praktis dan dapat langsung langsung diminum saat itu juga. Namun yang harus saya pastikan adalah tidak memasukkan jamu dalam keadaan panas. Jadi harus nunggu dingin dulu demi aspek kesehatan.
Saya benar-benar tidak menyangka produk jamu buatan saya mendapat respons positif. Tak terbayang sebelumnya saya bisa punya bisnis sambilan yang menguntungkan ini. Apalagi hanya duduk manis dalam hitungan 2-3 jam saja, semua produk jamu saya ludes. Semua ini membuat saya tambah semangat. Saya menjalaninya dengan penuh semangat dan enjoy.
Hari demi hari pelanggannya saya semakin bertambah hingga akhirnya saya sendiri merasa kewalahan memenuhinya. Saat ini, saya bisa menjual sekitar 400 bungkus jamu (dengan segala varian) dan sekitar 20 botol. Setiap bungkus saya menjualnya dengan harga “sangat bersahabat” yaktu 3 ribu/bungkus, sementara per botolnya seharga 15 ribu saja. Melihat realitas ini, saya yakin prospeknya masih sangat cerah.
Terus terang, harga ini adalah harga yang super murah, bila dibandingkan dengan harga jamu di toko-toko jamu. Saya sengaja mengambil keuntungan secukupnya saja karena saya memang niatkan untuk membantu masyarakat agar menjadi lebih sehat dengan mengkonsumsi jamu tradisonal. “Untung sih ada tapi secukupnya saja”.
Banyak pelanggan yang mengatakan “Mbak Jamu ini termasuk murah banget loh mbak, dijual 5 ribu juga masih ok”. Saya hanya bilang “Nggk apa-apa Mba, saya sudah untung kok, yang penting para pelanggan dapat manfaat kesehatan dari minum jamu ini”. Selain itu, bagi saya, berbagi sehat dengan kualitas jamu yang bagus dan higyenis menjadi kebanggaan tersendiri daripada sekedar mengejar keuntungan, apalagi di tengah maraknya ramuan ramuan jamu palsu yang beredar demi sekedar merauh keuntungan semata.
Namun demikian terdapat satu hal yang seringkali ditanyakan banyak pelanggan kepada saya, apakah saya membuatnya sendiri? Apakah tidak capek? Bagaimana caranya ditengah kesibukan tetap semangat membuat dan menjual jamu? Harus diakui bahwa proses membuat jamu ini tidaklah semudah yang dibayangkan orang. Boleh dibilang sangat capek sekali.
Semenjak dari proses pembersihan bahan-bahan ramuan jamu, pembuatan jamu, hingga proses penjualannya sendiri. Waktu yang diperlukan untuk membuat jamu ini bisa berjam-jam. Hanya berbekal niat yang kuat, semangat dan passion yang tinggi lah yang bisa menjadi kunci kesuksesan usaha ini.
Saya sendiri memang menikmati usaha kecil-kecilan ini dengan penuh semangat riang gembira. Tidak pernah sedikitpun saya merasa lelah apalagi mengeluh karena saya benar-benar menikmatinya. Saya yakin tanpa passion yang tinggi tidak sembarang orang bisa menggeluti usaha ini. Passion yang dimaksud bukan hanya semangat fisik semata tetapi juga semangat non fisik berupa kemampuan kita untuk senantiasa memberikan yang terbaik untuk para pelanggan kita. Rasanya ada kepuasan tersendiri bila melihat jamu yang saja buat diminum banyak orang karena memang pas di lidah mereka.
Saya memiliki pengalaman yang menarik. Suatu hari pernah datang seorang ibu membeli jamu. Setelah selesai membayar, ia pun meminta waktu sedikit untuk bertanya-tanya perihal produk jamu. Secara terus terang ia menyatakan keraguannya bila jamu jamu tersebut merupakan buatan saya sendiri. Saya pun hanya tersenyum dan menanggapinya dengan baik. Saya pastikan bahwa semua jamu-jamu yang Ibu minum merupakan buatan asli saya sendiri dan bukan hasil “racikan” orang lain.
Saya pun mempersilahkan ibu tersebut datang ke rumah untuk melihat semua proses pembuatan jamu tersebut. Ternyata betul, ibu tersebut datang bersama keluarganya ke rumah. Saya pun dengan senang hati memperlihatkan semua proses pembuatan jamu-jamu tersebut.
Melihat semua proses tersebut, akhirnya si Ibu tersebut percaya dan kaget karena proses pembuatannya benar-benar dapat ia lihat sendiri termasuk pula bahan-bahan yang digunakan dan proses pembuatannya yang membutuhkan waktu yang lama sekali. Akhirnya Si Ibu tersebut menjadi pelanggan setia jamu saya hingga hari ini.
Intinya, passion yang tinggi menjadi kunci sukses semua bisnis/usaha. Tanpa itu maka cepat atau lambat maka bisnis/usaha tersebut akan jatuh juga. Apalagi dalam sebuah bisnis, terdapat hukum alam yang berlaku yaitu naik turunnya naiknya omzet atau untung ruginya penghasilan. Pernah sekali waktu, seluruh jualan jamu saya tidak laku karena tiba-tiba hujan deras dan angin.
Akhirnya saya pun pulang kembali dengan tangan hampa. Tapi itu semua menjadi cerita suka duka sebuah usaha/bisnis. Tak selamanya kita untung tetapi sesekali kita bisa jadi buntung. Namun yang pasti, semua proses itu harus dijalani dengan semangat dan tetap enjoy.
Bagi saya passion itu merupakan kunci utama sebuah usaha/bisnis. Pepatah ini mungkin bisa memberikan sedikit penjelasan betapa passion itu begitu penting dalam sebuah usaha/bisnis yang dilakukan. "Banyak orang 'bodoh' yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Di lain sisi, kebanyakan orang 'pintar' malas untuk berkerja keras dan sok cerdas". Jadi kita harus punya PASSION besar untuk bisa meraih kesuksesan.
Patut disyukuri, berkat adanya usaha/bisnis sambilan yang menguntungkan ini maka saya bisa ikut membantu keuangan keluarga terutama untuk menyiapkan masa depan keluarga dan anak-anak dengan mengambil layanan asuransi jiwa dan pendidikan. Asuransi ini begitu penting untuk menyiapkan keamanan financial seluruh anggota keluarga menghadapi masa depan yang tidak menentu.
Saya yakin, tanpa adanya usaha/bisnis kecil-kecilan ini di samping pekerjaan utama saya dan suami maka akan sulit untuk menyiapkan masa depan anak-anak dengan lebih baik lagi. Apalagi, berdasar prediksi saya sendiri, beberapa pelanggan dan kawan-kawan bahwa bisnis kecil-kecilan ini memiliki prospek yang sangat cerah, apalagi bila benar-benar digeluti dengan serius. Maklum, produsen jamu tradisional ini sangat langka dengan tingkat permintaannya sangat besar sekali.
Maka dari itu, AYO Kobarkan semangat untuk berbisnis dalam hal apapun. Saya yakin, setiap orang pasti memiliki impian dan passion masing-masing. Maka percaya dirilah sepenuhnya pada segala potensi yang kita miliki. Kenali dan gali potensi diri yang dimiliki, baru kemudian maksimalkan potensi tersebut.
Hidup pun akan semakin terasa menyenangkan dan tanpa beban jika kita bisa bekerja sesuai dengan passion masing-masing. Tetapi ingat, jangan buru-buru tinggalkan pekerjaan utama Anda bila usaha yang dirintis belum sepenuhnya diyakini akan sukses/berhasil. Jadi Be Realistis!
Ayo mumpung belum terlambat, Monggo mulai fikirkan usaha/bisnis apa yang bisa kawan-kawan geluti dan miliki. Dengan berwirausaha, Yakinlah akan semakin banyak pintu-pintu rejeki yang terbuka untuk kita semua. Jadikan passion dalam bisnis Anda, Yakinlah Sukses akan menyertai Anda.
Sukses Bisnis Anda Tergantung Passion Anda. Maksimalkan passion Anda Sekarang Juga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H