Mohon tunggu...
Ayaaa
Ayaaa Mohon Tunggu... Freelance -

Full time learner, part time writer, everytime be wonder Bulik for her Nephews and Nieces

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenang 1 Dekade Gempa Jogja dan Belajar Tanggap Risiko Bencana

15 Maret 2017   14:46 Diperbarui: 16 Maret 2017   10:00 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gempa Jogja sudah berlalu sekitar 1 dekade lebih, namun rasa trauma masih melekat dalam diri saya. Pasalnya, kota Klaten tempat tinggal saya, yang lokasinya tidak jauh dari Jogja, tidak luput terkena dampak dari gempa tersebut. Saya menjadi saksi bagaimana rumah-rumah luluh lantak dalam kurun waktu kurang dari 1 menit.

Pagi itu, tanggal 27 Mei 2006, saya masih mematut jilbab di depan cermin. Saat itu saya duduk di bangku kelas XII SMA. Seperti biasanya, jam-jam tersebut Bapak melihat berita di TV sedangkan ibu sibuk membuat sarapan di dapur. Mas Joko, kakak ketiga saya, masih tidur pulas karena semalam kami main games virtual cops.

Tidak ada firasat apa-apa, tiba-tiba ada guncangan pelan tetapi lama-kelaman semakin kencang. Saya refleks keluar rumah sambil meneriaki seisi rumah untuk ikut keluar. Tidak lama, Mas Joko berlari keluar dan berdiri bersisian dengan saya di bawah pohon yang jauh dengan bangunan. Kami berdua panik menyaksikan rumah kami dan rumah tetangga rubuh satu per satu .

Mas Jundi, kakak kedua saya, keluar rumah dengan terhuyung dan berkucuran darah di kepalanya. Bapak masih shock. Beliau bertahan di kamar tamu karena panik takut terkena robohan tembok. Bagian ruang tamu temboknya sedikit doyong, tetapi tidak roboh, sehingga setelah gempa berhenti, Bapak bergegas keluar dari rumah.

Di luar rumah, kami memeriksa satu per satu anggota keluarga, dan yang belum ada diantara kami adalah ibu. Dapur adalah lokasi yang paling parah karena bangunannya hampir rata dengan tanah. Hati saya sudah ketar ketir membayangkan tentang ibu.

Buuuuuk. Ibuuuuuuk” saya memanggil-manggil namanya sambil hati-hati menginjak puing-puing tembok. Mas Joko dan Bapak juga melakukan hal yang sama. Mas Jundi duduk di depan dengan istri dan anaknya karena wajahnya pucat banyak kehilangan darah.

Ibu tertindih tembok utama bangunan rumah. Beruntungnya, tubuhnya hanya terkunci di dalam (tidak benar-benar tertindih). Temboknya doyong menyamping dan ibu tidak bisa keluar. Butuh beberapa waktu untuk Mas Joko, Bapak dibantu beberapa tetangga mengevakuasi Ibu. Ibu pingsan dan baru sadar sore harinya.

Gempa yang berkekuatan 6,2 SR dengan durasi 57 detik tidak hanya meluluhlantakkan rumah kami, tetapi hampir seluruh rumah warga di desa rata tanah. Kalaupun ada rumah yang masih berdiri, bangunan tersebut tidak layak huni karena rawan roboh.

Menjelang siang, entah darimana asalnya, isu tsunami mengemuka di kampung. Seluruh warga panik dan berbondong-bondong ke arah dataran yang lebih tinggi. Setelah ada informasi dan arahan dari kepala desa kalau informasi tsunami tersebut tidak benar, masyarakat dapat tenang dan mulai kembali ke rumah masing-masing.

Dampak gempa Jogja waktu itu sangat nyata bagi keluarga kami. Kami tidak punya rumah dan bapak ibu kehilangan harta bendanya. Yang lebih memilukan adalah kakek saya meninggal karena tertindih tembok bangunan. Mayat beliau baru berhasil dievakuasi menjelang maghrib dan langsung dimakamkan bersama-sama korban yang lain.

Tanggap Risiko Bencana untuk Meminimalisir Kerugian

Waktu itu kami masih awam mengenai tanggap risiko bencana. Bahkan sesuai pemaparan saya sebelumnya kalau kami tidak memiliki firasat adanya gempa atau pemberitahuan untuk siaga dari pemerintah setempat.

Simulasi tanggap bencana baru dilakukan beberapa hari setelahnya di kelurahan. Penyuluhan tentang bagaimana kalau ada gempa lagi (na’udzubillah, semoga jangan), evakuasi korban dan hal-hal lain yang berkenaan dengan penanggulangan bencana gempa setahu saya baru dilakukan pertama kali setelah gempa bumi terjadi. Itu berarti, belum ada proteksi untuk menanggulangi risiko bencana.

Minimnya pengetahuan mengenai tanggap risiko bencana, membuat keluarga kami kalang kabut. Tidak punya rumah, kendaraan bermotor tertimbun bangunan. Butuh beberapa tahun untuk membangun rumah lagi, dan untuk sementara waktu, keluarga tinggal di IOM (rumah yang terbuat dari bambu bantuan dari pemerintah).

Bencana dapat terjadi dimana pun dan kapan pun. 10 tahun berlalu, banyak pengetahuan yang saya serap tentang tanggap risiko bencana. Apalagi sekarang saya tinggal di Jakarta yang notabene rawan bencana banjir saat curah hujan meningkat tiap harinya. Selain itu, kondisi jalan yang seringkali macet membuat risiko kecelakaan juga tinggi.

Berdasarkan data BPBD Jakarta, sekitar 30% daerah Jakarta rawan terjadi banjir. 70% daerah Jakarta juga pernah mengalami kebakaran. Dilansir juga data kecelakaan di tahun 2015 sebanyak 6231 kasus. Tiap ada berita banjir di Jakarta, Bapak saya selalu rajin menelpon saya hanya untuk memastikan saya baik-baik saja.

“Tempatmu gak kena banjir kan Nduk?” Belum lagi jika ada kebakaran yang lokasinya ada di Jakarta, Bapak menanyakan kondisi saya, “Tempatmu aman kan Nduk?” Padahal kebakaran terjadi di daerah Senen sedangkan saya di Mampang. Tapi tetap saja yang namanya orangtua kalau ada berita di TV yang menyebutkan kota “Jakarta” terjadi entah banjir, kebakaran atau kecelakaan, mereka selalu ikut khawatir.

Menjawab tantangan permasalahan itu, tahun ini PT Zurich Insurance telah melakukan launching aplikasi mobile bernama “Z-Alert”. Aplikasi ini menjawab kebutuhan masyarakat karena dengan mengoperasikan aplikasi ini dapat meminimalisir risiko bencana yang terjadi di sekitar kita.

Notifikasi yang diberikan sebagai alert (peringatan) adanya bencana—banjir, kecelakaan atau kebakaran, yang terjadi di daerah tujuan pengguna aplikasi akan sangat membantu meminimalisir risiko yang diakibatkan dari bencana tersebut. Tidak hanya itu, dengan sistem yang serba gadget, kondisi tersebut dapat di share melalui media social sehingga teman, atau saudara kita juga mengetahui informasi tersebut.

Bisa dibayangkan, kalau dulu ada aplikasi Z-Alert, isu tsunami tidak akan pernah membuat panik masyarakat korban gempa. Sehingga mereka tidak harus berlari ketakutan karena mendapat informasi yang salah.

Keunggulan Z-Alert

Yuk download aplikasinya. Gampang banget kok. Dan tentunya bermanfaat
Yuk download aplikasinya. Gampang banget kok. Dan tentunya bermanfaat
Kita dapat mengunduh langsung aplikasi Z-Alert baik dari iphone maupun android secara gratis. Teman-teman juga bisa mencobanya sekarang juga, mendownload dan mendaftar menggunakan akun gmail atau facebook.

Keunggulan Z-Alert
Keunggulan Z-Alert
Pengoperasian aplikasinya pun user friendly karena fitur-fiturnya mudah dipahami. Ada fitur peristiwa, berita, bengkel, profil dan pengaturan.

zurich-feature-58c8eddcf29673ee7240cbd8.jpg
zurich-feature-58c8eddcf29673ee7240cbd8.jpg
Jika ada peristiwa di lokasi terdekat atau yang kita pantau, maka aplikasi akan mengirimkan alert agar pengguna dapat menghindari dan mencari jalan alternatif. Contohnya seperti hari ini, saat ada kebakaran di daerah Srengseng, Z-Alert memberikan notifikasi. Biasanya kalau terjadi bencana, kondisi lalu lintas cenderung macet. Sehingga, dengan notifikasi tersebut, kita bisa mencari alternatif jalan lain agar tidak terjebak macet. Selanjutnya, jika kita memiliki sanak saudara di sekitar daerah tersebut, kita dapat sigap menghubungi untuk memastikan bahwa mereka baik-baik saja.

Notification dari Z Alert yang memberitahukan bahwa tadi ada kebakaran di Srengseng
Notification dari Z Alert yang memberitahukan bahwa tadi ada kebakaran di Srengseng
Pengguna juga mendapatkan berita terbaru berupa tips-tips menarik seputar berkendara. Tips tersebut sangat bermanfaat untuk proteksi diri dalam mengurangi risiko bencana. Contohnya: Prosedur darurat saat terjadi banjir, tips dan trik membersihka mobil di musim hujan.

Aplikasi Z-alert juga dilengkapi fitur bengkel yang memudahkan pengguna di kala kendaraannya mogok di jalan. Jadi, modelnya pengoperasian aplikasi ini seperti maps yang memberikan navigasi bengkel terdekat.

Tidak hanya itu saja, di fitur lainnya, kita dapat menemukan nomor-nomor darurat seperti nomor polisi, ambulans, pemadam kebakaran, SAR Jakarta, BNPB dan PMI Jakarta. Gak perlu repot googling kan? Tinggal dial nomor yang tertera di aplikasi tersebut saat dibutuhkan.

Berita yang diinformasikan bersifat factual dan up to date karena customer care nya bekerja 24 jam. Oh iya, aplikasi ini juga berbasis netizen’s report. Artinya, sebagai pengguna, kita juga bisa berpartisipasi aktif untuk menginformasikan apabila di sekitar kita terjadi bencana sehingga masyarakat mengetahui berita tersebut.

Untuk melaporkan bencana di lokasi kita, cukup klik fitur peristiwa, pilih mau menginformasikan apa—banjir, kecelakaan, kebakaran atau mati listrik. Aplikasi Z-Alert akan memindai lokasi kita. Nah, salah satu keunggulan lainnya, untuk menginformasikan kejadian tersebut juga dilengkapi dengan keterangan, misalnya kalau terjadi banjir berada di radius berapa meter, kedalamannya berapa, dan juga foto lokasi. Yeaaah, kita disuguhkan berita real time dan tentunya bukan hoax.

Belajar dari pengalaman, Bapak saya sempat merasakan kesulitan keuangan akibat gempa yang meluluhlantakkan rumah kami. Di samping harus membangun rumah, beliau harus menghidupi kami sekeluarga. Belum lagi waktu itu saya sedang menyiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Sehingga, kondisi keuangan Bapak benar-benar kacau.

Dulu kami masih awam sekali dengan proteksi dan perencanaan keuangan. Bapak hanya mengenal investasi dengan cara menabung di Bank. Saat ini, perkembangan digital semakin dinamis. Dan informasi dapat cepat tersampaikan, termasuk mengenai perencanaan keuangan dan proteksi risiko bencana.

Sebagai contohnya, informasi untuk perlindungan rumah, PT Zurich Insurance menyediakan asuransi yang bernama Zurich home. Untuk mengantisipasi dan memperkecil risiko, melakukan proteksi keuangan dengan Zurich home dapat menjadi pilihan. Terlebih lagi lokasi rumahnya di daerah yang rawan bencana seperti banjir.

diambil dari website resmi Zurich
diambil dari website resmi Zurich
Rumah adalah tempat dimana segala kenyamanan dan cinta keluarga tercipta. Zurich Home hadir untuk memberikan perlindungan kepada hunian terhadap berbagai risiko keamanan berupa ganti rugi, sehingga keluarga dapat hidup dengan nyaman dan aman. Ini hanya salah satu perlindungan dari PT Zurich Insurance. Teman-teman dapat membuka website resminya untuk mengetahui lebih jauh produk-produk lainnya sebagai salah satu upaya merencanakan keuangan kita, terutama sebagai bentuk proteksi tanggap risiko bencana.

Pleasestay alert ya teman-teman, yuk lakukan proteksi risiko bencana sejak dini untuk perlindungan keluarga kita dan jangan lupa Dan jangan lupa download aplikasi Z-Alert ya. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Referensi:

Pengalaman pribadi

Gambar judul diambil dari www.inovasee.com dan diedit penulis

www.zurich.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun