Mohon tunggu...
Ayaaa
Ayaaa Mohon Tunggu... Freelance -

Full time learner, part time writer, everytime be wonder Bulik for her Nephews and Nieces

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenang 1 Dekade Gempa Jogja dan Belajar Tanggap Risiko Bencana

15 Maret 2017   14:46 Diperbarui: 16 Maret 2017   10:00 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu itu kami masih awam mengenai tanggap risiko bencana. Bahkan sesuai pemaparan saya sebelumnya kalau kami tidak memiliki firasat adanya gempa atau pemberitahuan untuk siaga dari pemerintah setempat.

Simulasi tanggap bencana baru dilakukan beberapa hari setelahnya di kelurahan. Penyuluhan tentang bagaimana kalau ada gempa lagi (na’udzubillah, semoga jangan), evakuasi korban dan hal-hal lain yang berkenaan dengan penanggulangan bencana gempa setahu saya baru dilakukan pertama kali setelah gempa bumi terjadi. Itu berarti, belum ada proteksi untuk menanggulangi risiko bencana.

Minimnya pengetahuan mengenai tanggap risiko bencana, membuat keluarga kami kalang kabut. Tidak punya rumah, kendaraan bermotor tertimbun bangunan. Butuh beberapa tahun untuk membangun rumah lagi, dan untuk sementara waktu, keluarga tinggal di IOM (rumah yang terbuat dari bambu bantuan dari pemerintah).

Bencana dapat terjadi dimana pun dan kapan pun. 10 tahun berlalu, banyak pengetahuan yang saya serap tentang tanggap risiko bencana. Apalagi sekarang saya tinggal di Jakarta yang notabene rawan bencana banjir saat curah hujan meningkat tiap harinya. Selain itu, kondisi jalan yang seringkali macet membuat risiko kecelakaan juga tinggi.

Berdasarkan data BPBD Jakarta, sekitar 30% daerah Jakarta rawan terjadi banjir. 70% daerah Jakarta juga pernah mengalami kebakaran. Dilansir juga data kecelakaan di tahun 2015 sebanyak 6231 kasus. Tiap ada berita banjir di Jakarta, Bapak saya selalu rajin menelpon saya hanya untuk memastikan saya baik-baik saja.

“Tempatmu gak kena banjir kan Nduk?” Belum lagi jika ada kebakaran yang lokasinya ada di Jakarta, Bapak menanyakan kondisi saya, “Tempatmu aman kan Nduk?” Padahal kebakaran terjadi di daerah Senen sedangkan saya di Mampang. Tapi tetap saja yang namanya orangtua kalau ada berita di TV yang menyebutkan kota “Jakarta” terjadi entah banjir, kebakaran atau kecelakaan, mereka selalu ikut khawatir.

Menjawab tantangan permasalahan itu, tahun ini PT Zurich Insurance telah melakukan launching aplikasi mobile bernama “Z-Alert”. Aplikasi ini menjawab kebutuhan masyarakat karena dengan mengoperasikan aplikasi ini dapat meminimalisir risiko bencana yang terjadi di sekitar kita.

Notifikasi yang diberikan sebagai alert (peringatan) adanya bencana—banjir, kecelakaan atau kebakaran, yang terjadi di daerah tujuan pengguna aplikasi akan sangat membantu meminimalisir risiko yang diakibatkan dari bencana tersebut. Tidak hanya itu, dengan sistem yang serba gadget, kondisi tersebut dapat di share melalui media social sehingga teman, atau saudara kita juga mengetahui informasi tersebut.

Bisa dibayangkan, kalau dulu ada aplikasi Z-Alert, isu tsunami tidak akan pernah membuat panik masyarakat korban gempa. Sehingga mereka tidak harus berlari ketakutan karena mendapat informasi yang salah.

Keunggulan Z-Alert

Yuk download aplikasinya. Gampang banget kok. Dan tentunya bermanfaat
Yuk download aplikasinya. Gampang banget kok. Dan tentunya bermanfaat
Kita dapat mengunduh langsung aplikasi Z-Alert baik dari iphone maupun android secara gratis. Teman-teman juga bisa mencobanya sekarang juga, mendownload dan mendaftar menggunakan akun gmail atau facebook.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun