Untuk bayi demokrasi yang kelahiranya di inginkan maka akan di timang-timang sebagai wujud kehebatan demokrasi dalam memuliakan manusia menuju kebebasan menentukan nasibnya sendiri. Namun untuk bayi demokrasi yang tidak di harapkan kelahiranya maka di cari celah bagaimana membuat bayi demokrasi yang lahir normal melalui jalan pemilu yang demokratis dan konstitusional itu dianggap memiliki CACAT BAWAAN yang berbahaya.
Maka selanjutnya secara gotong royong, diam-diam atau terang terangan di buatlah scenario bagaimana agar seluruh isi jagad raya menaruh rasa benci kepada pemenang demokrasi yang tidak di harapkan itu. Untuk selanjutnya melenyapkan si pemenang demokrasi itu dengan MENGHALALKAN SEGALA CARA. Hal ini sebagaimana telah terjadi di tiga Negara tersebut diatas. Melalui CORONG MEDIA MASSA dilakukanlah isu-isu dan berita yang memojokkan dan pemutar balikan fakta. Di berikan julukan-julukan, cemoohan-cemoohan, ejekan dan umpatan yang menistakan kepada kelompok yang tidak di sukai itu. Jika dengan kata-kata tidak mampu meruntuhkanya juga maka KUDETA menjadi cara yang sah dan khalal sebagai jalan keluarnya.
Kejadian kudeta mesir dengan jelas mempertontonkan bagaimana pemutarbalikan fakta atas apa yang sebenarnya terjadi. Sejak awal semua orang sudah tahu dengan terang benderang bahwa MURSI di KUDETA jendaral As sisi. Artinya sang jendralah SUMBER KERUSUHAN DAN PERTUMPAHAN DARAH di mesir. Namun kemudian setelah kudeta benar-benar dilakukan dan jendral mengambil alih kekuasaan maka tiba-tiba tersiar kabar PERTUMPAHAN DARAH DI MESIR ADALAH AKIBAT MURSI YANG MENGHASUT RAKYAT.
Ironis dan naïf sekali. Namun “pemutar balikan fakta” semacam inilah yang berikutnya laris manis di bahas di siarkan secara massive oleh orang-orang yang mengaku menjunjung tinggi HAM, kebebasan dan demokrasi. Termasuk di dalamnya PARA KOMPASIONER yang selama ini rajin menulis tentang HAM, Demokrasi dan kebasan, ternyata ulasan mereka tentang kudeta mesir isinya lebih banyak mendiskreditkan mursi. Inilah wujud nyata wajah bermuka dua para pengusung demokrasi itu.
POLITIK ADU JANGKRIK
Tekanan dan perlakuan tidak adil baik secara langsung maupun melalui pembentukan opini seperti kasus di mesir memang rawan menimbulkan kekerasan dan perlawanan dari pihak yang merasa di rugikan. Hal ini bukanlah sesuatu yang tidak di rencanakan. Semuanya telah terencana. Selanjutnya seperti ADU JANGKRIK, maka si jangkrik di kilik-kilik( dirangasang/provokasi) agar mau bertarung, di jebak agar mau melakukan tindak kekerasan. Jika muncul kekerasan dan perlawanan maka selanjutnya para democrat liberal bermuka dua tadi tinggal menyematkan GELAR TERORIST kepada mereka itu. Setelah itu benar-benar terjadi dan stempel sebagai terrorist telah tersandang maka selanjutnya tinggal MENGGEBUK kelompok yang di maksud secara beramai-ramai dengan tuduhan sebagai terrorist tentu saja.
Bilamana ADU JANGKRIK tidak berhasil maka kembali kepada cara lama yang masih ampuh yaitu politik ADU DOMBA. Konflik internal dan konflik horizontal di ciptakan demi mencapai tujuan. Jika sudah demikian maka kemanakah perginya nurani manusia yang memuja HAM,demokrasi dan kebebasan itu. Apakah mereka benar-benar sekejam Fir ‘aun atau memang benar-benar licik seperti ular kepala dua atau munafik alias bermuka dua.
Inilah pelajaran untuk Partai keadailan sejahtera di Indonesia yang bisa di petik dari berbagai kasus penerapan demokrasi di dunia yang ternyata sesungguhnya menyimpan kepalsuan di dalamnya. Tebarkan terus CINTA yang tulus kepada rakyat, bangsa dan Negara. Agar merekapun mencintai PKS di dalam hatinya. Terus BEKERJA dengan jujur dan bersih untuk membangun kejayaan negri ini. Bertoleransi dalam perbedaan saling menguatkan dalam persamaan serta merajut HARMONI dalam bingkai bhineka tunggal ika sebagaimana tercantum dalam pancasila. BERSABARLAH karena sampai kapanpun setiap kebaikan akan selalu di hadapkan pada keburukan. Itulah hukum kesimbangan duniawi dari dulu hingga nanti.
Selamat berjuang untuk Indonesia tercinta.
Salam damai ala kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H