Giliran Pak Junanto berbagi pengalaman. Selama perjalanan, ternyata beliau sering cemas. Apalagi saat belanja dan kirim uang. Banyak bank gelap beraksi selama 3 tahun beliau di Jepang. Kurs yang digunakan adalah harga esok hari, mungkin naik atau turun, belum jelas. Terkadang, ada yang tidak sesuai dengan sebenarnya. Jika mengikuti surat kabar, itu sudah kurs kemarin.
Kini, dengan kurs yang real time, ia lebih leluasa. Harga yang digunakan mendekati harga pasar saat itu. Kurs tersebut menjadi panduannya untuk jual-beli valas. Lagipula, tidak ada harga terendah atau terendah. Secara pribadi, nyaman, tidak khawatir lagi kurs gelap. Dari segi waktu pun lebih cepat. Semakin banyak follower seleb netizen di Instagram, dengan berbagai gaya levitasinya.
[caption caption="Perbandingan kurs eRateBCA dengan lainnya"]
Kirim Uang Tanpa Korting Bagi diaspora Kompasiana di Amerika Serikat, e-Rate BCA sangatlah membantu. Lewat Skype, dari Seattle, Icha Ranissa bercerita kepada sahabat di D'Consulate Lounge. Syaratnya harus punya 2 rekening, bank lokal Amerika dan bank di Indonesia (seperti BCA). Kurs real time memudahkan transaksi ketika hangout. Menurut Icha, jika lewat bank dan mendapat kurs lebih rendah, nasabah merugi. Terlebih jika selisih harga jual-beli (spread) bermakna, potensi kerugian cukup besar.
Â
Begitu banyak pengetahuan baru dari #NangkringBCA kali ini. Ilmu transfer valas, juga keunggulan e-Rate BCA semakin jelas.
[caption caption="Mudah dan terjangkau"]
Bagi saya, setidaknya ada 7E yang menjadi nilai tambah e-Banking BCA:
1. Excellent :
uptodate dan dinamis mengikuti pasar,
meliputi 14 mata uang, Terpantau dengan batas maksimal 25ribu US$ per bulan berjalan (aman),
