Mohon tunggu...
Cahaya Indrianti
Cahaya Indrianti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Lingkungan dan Budaya dalam Teori Psikososial Erik Erikson

19 November 2024   16:56 Diperbarui: 19 November 2024   16:57 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataram- Erik Erikson adalah seorang psikolog perkembangan yang dikenal karena teorinya tentang delapan tahap perkembangan psikososial manusia. Teori ini tidak hanya berfokus pada perkembangan individu, tetapi juga menekankan pentingnya pengaruh lingkungan dan budaya dalam pembentukan identitas seseorang. Dalam setiap tahap perkembangan, Erikson mengidentifikasi krisis psikososial yang harus diatasi oleh individu untuk mencapai keseimbangan yang sehat. Artikel ini akan membahas bagaimana lingkungan dan budaya memengaruhi setiap tahap perkembangan psikososial Erik Erikson, serta relevansinya dalam kehidupan modern.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Teori psikososial Erikson tetap relevan dalam memahami hubungan antara perkembangan individu, lingkungan, dan budaya. Dalam konteks kehidupan modern, teori ini mengingatkan kita tentang pentingnya menciptakan lingkungan sosial yang mendukung setiap tahap perkembangan manusia.

  1. Peran Teknologi dan Media Sosial
    Dalam dunia modern, media sosial memiliki pengaruh besar pada tahap identitas remaja. Remaja sering mencari validasi dari teman sebaya melalui platform ini, yang dapat memengaruhi bagaimana mereka membentuk identitas mereka.

  2. Globalisasi dan Perubahan Budaya
    Globalisasi telah menciptakan pertukaran budaya yang intens, yang dapat memengaruhi nilai dan norma dalam setiap tahap perkembangan. Contohnya, generasi muda di budaya tradisional mungkin menghadapi konflik nilai ketika mereka terpapar budaya Barat yang lebih individualistis.

  3. Konteks Urban dan Rural
    Lingkungan perkotaan yang serba cepat dapat memberikan tantangan yang berbeda dibandingkan dengan lingkungan pedesaan yang lebih tenang. Hal ini memengaruhi cara individu mengatasi krisis psikososial, seperti bagaimana mereka membangun hubungan atau menemukan makna dalam hidup.

Peran Lingkungan dalam Tahap Psikososial Erikson

  1. Tahap 1: Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0--1 Tahun)
    Pada tahap ini, bayi mengembangkan rasa percaya kepada dunia di sekitarnya jika kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, kasih sayang, dan keamanan, terpenuhi. Lingkungan rumah yang stabil dan pengasuhan yang penuh cinta memainkan peran penting dalam membangun kepercayaan. Sebaliknya, pengabaian atau pengasuhan yang tidak konsisten dapat menanamkan rasa ketidakpercayaan terhadap dunia.

  2. Tahap 2: Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (1--3 Tahun)
    Pada tahap ini, anak mulai mengeksplorasi kemandirian, seperti belajar berjalan atau makan sendiri. Lingkungan yang mendukung eksplorasi dan memberikan kesempatan untuk membuat keputusan kecil membantu anak mengembangkan rasa otonomi. Sebaliknya, kritik berlebihan atau kontrol yang terlalu ketat dapat menyebabkan rasa malu dan keraguan diri.

  3. Tahap 3: Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3--6 Tahun)
    Lingkungan sosial, seperti keluarga dan teman sebaya, menjadi penting pada tahap ini. Anak yang didorong untuk berinisiatif, seperti bermain kreatif atau mencoba hal baru, akan mengembangkan rasa percaya diri. Sebaliknya, jika inisiatif mereka selalu ditekan atau dianggap salah, mereka mungkin merasa bersalah dan takut mencoba hal baru.

  4. Tahap 4: Kerajinan vs. Rasa Rendah Diri (6--12 Tahun)
    Sekolah dan lingkungan sosial memainkan peran besar dalam tahap ini. Anak belajar keterampilan baru dan mulai mengevaluasi kemampuan mereka dibandingkan dengan teman sebaya. Jika mereka mendapatkan pengakuan dan dorongan dari lingkungan, mereka mengembangkan rasa kompetensi. Namun, kegagalan yang terus-menerus atau kritik dari lingkungan dapat menimbulkan rasa rendah diri.

  5. Tahap 5: Identitas vs. Kebingungan Peran (12--18 Tahun)
    Masa remaja adalah tahap kritis dalam pembentukan identitas. Lingkungan sosial, termasuk teman, keluarga, dan media, memengaruhi cara remaja mengeksplorasi nilai-nilai, tujuan hidup, dan jati diri mereka. Budaya juga memengaruhi identitas remaja, misalnya melalui norma gender atau harapan masyarakat. Jika remaja tidak mendapatkan dukungan dalam eksplorasi ini, mereka mungkin mengalami kebingungan peran atau krisis identitas.

  6. Tahap 6: Intimasi vs. Isolasi (18--40 Tahun)
    Dalam masa dewasa awal, individu fokus pada membangun hubungan yang dekat dan intim, baik dengan pasangan maupun teman dekat. Lingkungan sosial yang mendukung hubungan sehat dan mendalam membantu individu mengembangkan kemampuan untuk mencintai dan menjalin hubungan yang stabil. Sebaliknya, isolasi sosial atau pengalaman trauma dalam hubungan dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun keintiman.

  7. Tahap 7: Generativitas vs. Stagnasi (40--65 Tahun)
    Pada tahap ini, individu cenderung fokus pada kontribusi kepada masyarakat, seperti melalui pekerjaan, pengasuhan anak, atau kegiatan sosial. Budaya dan lingkungan kerja memainkan peran penting dalam menentukan apakah individu merasa bahwa mereka memiliki kontribusi yang bermakna. Lingkungan yang mendukung dapat mendorong generativitas, sementara lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan rasa stagnasi.

  8. Tahap 8: Integritas vs. Keputusasaan (65 Tahun ke Atas)
    Lingkungan dan budaya memengaruhi cara individu menilai kehidupan mereka di masa tua. Budaya yang menghargai orang tua dan pengalaman hidup mereka dapat membantu individu mengembangkan rasa integritas dan kepuasan. Sebaliknya, budaya yang mengabaikan nilai orang tua dapat memperkuat rasa keputusasaan.

Lingkungan dan budaya memiliki peran penting dalam teori psikososial Erik Erikson. Faktor-faktor eksternal ini memengaruhi cara individu menghadapi krisis dalam setiap tahap perkembangan, membentuk identitas, dan membangun hubungan sosial. Dengan memahami hubungan antara perkembangan psikososial, lingkungan, dan budaya, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih mendukung pertumbuhan individu di setiap tahap kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun