Mohon tunggu...
Candra Gumelar
Candra Gumelar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Seorang mahasiswa yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dampak KTT G20 pada Perbankan Indonesia

23 Desember 2022   09:59 Diperbarui: 23 Desember 2022   10:03 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presidensi Indonesia tahun 2022 ditetapkan dalam KTT G20 ke-15 di Riyadh, Arab Saudi pada 22 November 2020 dan selesai dilaksanakan pada 16 November 2022. Kesempatan menjabat Presidensi G20 tentunya memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Berdasarkan tema besar Presidensi G20 Indonesia yaitu "Recover Together, Recover Stronger". 

Agenda prioritas pada bidang keuangan dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 diantaranya Exit Strategy to Support Recovery yang membahas bagaimana G20 melindungi negara yang masih menuju pemulihan ekonomi, terutama negara berkembang dari efek limpahan (spillover) exit policy yang diterapkan oleh negara yang lebih dahulu pulih ekonominya, yang pada umumnya adalah negara maju. Selain itu, dalam hal mengatasi dampak berkepanjangan krisis dengan meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan jangka panjang, memperhatikan ketenagakerjaan, rumah tangga, sektor korporasi, dan sektor keuangan atau Addressing Scarring Effect to Secure Future Growth.

Agenda prioritas lainnya adalah Payment System in Digital Era, yakni standar pembayaran lintas batas negara atau Central Banking Publications (CBP), serta prinsip-prinsip pengembangan CBDC (General Principles for Developing CBDC).  Dalam agenda prioritas bidang keuangan yang kelima adalah Financial Inclusion: Digital Financial Inclusion & SME Finance, yakni memanfaatkan open banking untuk mendorong produktivitas dan mendukung ekonomi dan keuangan inklusif bagi underserved community yaitu wanita, pemuda, dan UMKM, termasuk aspek lintas batas. Lalu yang terakhir adalah International Taxation, membahas tentang perpajakan internasional, utamanya terkait dengan implementasi Framework bersama Organization of Economic Co-operation and
Development (OECD) 
mengenai strategi perencanaan pajak yang disebut Base Erosion and Profit Shifting (BEPS). 

Dampak bagi Perbankan di Indonesia

Dampak konferensi G20 pada Perbankan Indonesia Berdasarkan agenda prioritas diatas, industri perbankan berdampak positif karena didorong untuk melakukan transformasi digital karena memegang peranan yang krusial sebagai jawaban atas kebutuhan pasar dan konsumen yang kian beragam. Selain itu, iklim bisnis yang semakin kompetitif menjadikan transformasi digital sebagai competitive advantage sebuah perusahaan dari para kompetitornya. Transformasi digital di bidang perbankan dapat direalisasikan melalui open banking dan program Micro Banking. 

Open banking memungkinkan bank untuk menghasilkan pendapatan baru dari model bisnis 'platform' dan bermitra dengan startup dan perusahaan teknologi untuk mengakses customer baru, berbagi data, dan berkolaborasi menciptakan produk digital baru untuk
mendukung pembangunan ekonomi digital Indonesia. Jika dilaksanakan dengan prosedur yang baik, open banking sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi pelaku UMKM karena fleksibilitas dan kemudahan yang ditawarkan. Akan tetapi, diperlukan pula pengawasan dan mitigasi resiko yang mungkin terjadi, Seperti dengan penguatan keamanan data nasabah.

Layanan keuangan digital yang lebih terjangkau dan mudah diakses dan dapat mendorong masyarakat atau segmen UMKM yang masih unbanked population atau kurang mengenal keuangan dan teknologi dapat terdorong menuju digitalisasi keuangan. Selain itu, digitalisasi juga akan mendorong peningkatan produktivitas dan inklusivitas ekonomi yang berkelanjutan khususnya di kalangan UMKM. 

Digitalisasi membantu meningkatkan inklusi keuangan bagi UMKM, lantaran tersedianya akses dan layanan keuangan yang mudah dijangkau oleh UMKM menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan ketahanan ekonomi. Selain itu, melalui digitalisasi ia berharap masyarakat dan pelaku UMKM dapat tersentuh layanan finansial atau perbankan, oleh karena itu peningkatan literasi keuangan juga masih perlu ditingkatkan. 

Sakag satu bank yang telah mendukung digitalisasi bagi UMKM adalah Bank Mayapada. Dalam hal Micro Banking, Bank Mayapada telah menyalurkan program Mayapada Mitra Usaha. Sejak tahun 2007, Bank Mayapada mulai memperluas penyaluran kredit mikro
kepada pedagang pasar tradisional yang diwujudkan dengan membuka unit bisnis baru berupa Kantor Fungsional dengan branding "Mayapada Mitra Usaha" (MMU). 

Unit bisnis ini fokus pada kebutuhan pasar tradisional dalam transaksi perbankan. Sejak tahun 2008 hingga 2015, Bank Mayapada memperluas jangkauan dengan membuka 86 kantor fungsional yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Malang, Kediri, Tulungagung, Solo, Denpasar, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Cirebon, Medan, Palembang, Pekanbaru dan Lampung. Kedepannya program yang sudah berjalan ini diharapkan dapat dielaborasi dengan platform digital supaya masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan akses kepada fasilitas tersebut dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang membutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun