Aku dan Raungan Mesin Tua
Sekedar Intro
“Opo gunane kowe kuliah dadi guru tur arep mlebu PLN ?” (“Apa gunanya kamu kuliah jadi guru tapi ingin masuk PLN ?”). Teringat sore hari pertengahan tahun 2013 saat Aku ngobrol dengan Bapak, suasana santai berbanding terbalik dengan topik obrolan Kami. Ucapan diatas yang terlontar dari mulut Bapak, dimana waktu itu Kami berbincang tentang masa depan karirku, yang membuatku harus serius “melayani” obrolan beliau.
Dua tahun selepas lulus kuliah, Aku tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang ku idamkan. Latar belakang akademisku memang di dunia pendidikan sekolah kejuruan, namun dengan tekadku yang bulat untuk bergabung dengan PLN bukan berarti Aku mengkhianati cita-citaku dan harapan orang tua, namun Aku melihat ada kesempatan terbuka lebar untuk bergabung, toh antara tenaga pendidikan dan pegawai PLN sama-sama punya misi membangun negeri sesuai bidangnya masing-masing.
Rambut sudah tersisir ke samping kiri dengan sedikit minyak rambut yang sanggup membuat lalat terpeleset saat hinggap di atasnya, jenggot andalanku bak akar serabut pohon jagung, sedikit kurang rapi namun tetap terlihat berwibawa (*kata Ibuku), dan stelan kemeja biru kotak-kotak pemberian Ibu serta celana kain hitam yang agak kedodoran, tak ketinggalan sepatu pantofel hitam pekat, semuanya sukses membuat Aku terlihat seperti geekyang siap di-bullysaat lewat di lorong fakultas.
Berbekal dokumen dan kelengkapan berkas persyaratan melamar kerja termasuk salinan ijasah ahli madya, Aku menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat saat melangkah menuju both PT. PLN di sebuah Job Fair kota Yogyakarta. Okay, Aku tak mau sibuk menghitung puluhan orang yang antri memasukkan berkas, Aku hanya sedikit “cuci mata” melihat pengunjung wanita berseliweran, bergumam dan berpikir “Hmm, inikah style wanita karir masa sekarang, segitu kurang update-nya Aku ?”, yang tentunya kaum seperti mereka sangat mustahil Aku jumpai di kampus jurusan Teknik Mesin.
Kurang lebih 30 menit berlalu, giliranku menaruh kelengkapan berkas lamaran. Ada sedikit rasa pesimis timbul melihat ratusan berkas pelamar yang tertumpuk dihadapanku, mulai sedikit ada perhitungan, kemungkinannya dua banding seratus, atau tiga banding dua ratus, entahlah, dalam tahap ini hanya bisa berdoa dan berharap.
Fall in love with the process, and the result will come.
Aku sangat menikmati proses seleksi menjadi calon pegawai PLN, tahapan marathon yang tak pernah Aku lupakan, sangat menguras emosi dan fisik dan terbayar lunas saat menerima “perintah” untuk memangkas habis rambutku, tak masalah sebenarnya dengan gaya rambut plontos, lebih terlihat fresh namun tak tahan saat terkena terik sinar matahari, dan lebih baik plontos daripada punya gaya rambut yang acak-adul.
Saat hari “H”, Aku diantar Bapak dan Ibu, tak lupa sang pujaan hati yang kelak menjadi istriku juga turut serta mendampingiku sebelum berangkat ke Pusdikpasus Batujajar. Kami berkumpul di PLN Area Yogyakarta sebagai gathering point.
Lucu juga berada di antara teman-teman sebaya dan senasib, Aku hanya tertawa dalam hati melihat “kawanan tuyul” bergerombol membicarakan sesuatu, yang pasti menarik perhatianku untuk bergabung. Kami banyak bercerita mengenai latar belakang, alasan dan motivasi bergabung ke PLN, bermacam-macam apa yang mereka utarakan yang pasti Aku merasa tidak sendirian dan cukup menambah gairah untuk menjalani tahapan kesamaptaan yang sudah di depan mata.