Mohon tunggu...
Arihdya Caesar
Arihdya Caesar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih belajar menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemana Para Kader Partai Islam Itu?

1 Januari 2014   13:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengucapkan selamat hari raya ke pemeluk agama lain saja haram bagi mereka, lha ini kok orang yang didukung habis-habisan oleh para kadernya malah "bermesraan" dengan pemeluk agama lain? Kalau orang biasa yang "bermesraan" apalagi yang tak sesuai dengan nada perjuangan partainya, oleh para kader dibantai habis-habisan, atau setidaknya di-buly di media sosial. Tetoooott.... Kecolongan satu....

Waktu begulir, pada akhir bulan Desember, pak walikota kembali mem-posting dukungannya terhadap temahaul salah satu ulama yang biasanya dijelek-jelekkan oleh partai bernafaskan Islam ini. Pak walikota menyetujui bahwa tema toleransi sangat penting untuk digelorakan di jaman sekarang ini.

Ups.... Seolah menelan ludah sendiri, orang yang didukungnya malah mendukung semangat salah seorang tokoh ulama yang selama ini selalu diperolok-olokkan.

Kini tibalah pada puncak pergantian tahun masehi. Pak walikota ternyata membuat semacam perayaan di jalan utama kota itu dengan mendekorasi jalan sedemikian rupa sehingga para warga bisa berkumpul di jalan itu untuk menikmati pergantian tahun bersama walikota.

Tak terlalu berbeda jauh dengan perayaan hari raya agama lain, biasanya para kader partai Islam itu pun melarang-larang orang merayakan pergantian tahun masehi. Mulai dari alasan bukan kebiasaan orang Islam hingga membuang-buang uang untuk membeli kembang api.

Substansi masalah yang saya tekankan sebenarnya bukan pada hukum merayakan hari raya agama lain ataupun tahun baru, tetapi dimana tanggung jawab dukungan dari para kader partai itu? Mungkin mereka akan berdalih bahwa pak walikota bukanlah kader mereka, tapi jika saya bertanya siapa yang mendukungnya pada pemilu lalu, kira-kira apa mereka masih mau berkilah?

Bukankah biasanya mereka akan berkata jika seseorang memfasilitasi perbuatan dosa, maka ia juga mendapatkan dosa yang dilakukannya. Anggaplah "bermesraan" dengan pemeluk agama lain dan merayakan tahun baru-biasanya-dihukumi haram oleh para kader, maka bukankah para kader yang dulu mendukungnya juga ikut kecipratan dosanya karena memfasilitasi terpilihnya pak walikota? Dimana pak wakil walikota yang merupakan kader partainya?

"Sudahlah, tak usah memperolok kader partai itu", ajak salah satu teman saya.

"Ini bukan masalah memperolok ataupun tidak, ini masalah konsistensi pergerakan yang sebenarnya dari dulu sudah saya pertanyakan. Bukankah biasanya mereka memprotes habis-habisan ke orang lain di luar partainya jika tak sesuai dengan nafas perjuangan mereka? Ini kok adem ayem saja."

"Mungkin mereka sedang berusaha untuk merubahnya pelan-pelan", kilah teman saya itu.

"Ya, mungkin. Atau kalau tak sanggup, mereka akan mengalihkan isu sehingga masyarakat tak menyoroti ketidakkonsistensian mereka seperti yang biasanya mereka lakukan", jawab saya mengakhiri pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun