Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Celah-celah Cahaya| Terlihat dan Tak Terlihat

7 Desember 2022   08:32 Diperbarui: 7 Desember 2022   08:54 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membicarakan apa yang terlihat dan tak terlihat, muncul banyak pertanyaan dalam benak saya yang akan saya berikan pada anda pula. Perihalnya adalah bagaimana caranya menghitung sesuatu yang tidak terlihat dalam hidup ini?Apakah  yang terlihat adalah yang terpenting dalam hidup kita? Mana lebih penting hal-hal yang terlihat atau tidak terlihat? Uang atau kebahagiaan, harta atau kebijaksanaan, yang lebih berarti bagi hidup kita? Mungkinkah uang yang terlihat membeli apa yang tidak terlihat seperti karakter dan kebahagiaan? 

Saya pikir keduanya sama penting karena tak bisa dipisahkan satu sama lain, karena berpikir hanya satu hal yang terbaik dalam hidup adalah sia-sia pula. Uang yang banyak tanpa pemikiran yang bijaksana, hanya akan menjadi seperti banjir dalam hidup kita. Menghabisi diri kita sendiri tenggelam dalam ketidakmengertian. Teman yang banyak tanpa kebijaksanaan dalam menyerap informasi dan karakter juga adalah sia-sia. 

Karena kita juga akan tenggelam dalam situasi kehilangan diri. Kekuasaan tanpa kebijaksanaan juga percuma karena akan menceburkan kita dalam sumur kebinasaan. Kita takkan pernah bahagia tanpa kebijaksanaan, yang mana adalah hal yang tak terlihat. lalu, saya teringat pada hal lain. 

Pada sebuah perjalanan ke puncak, saya melihat pemandangan dari atas bukit. banyak orang yang mengabadikan pemandangan, pengalaman mereka di puncak hingga menceritakan apa yang mereka lihat. sebuah pemandangan indah, mobil yang berbaris di liku jalan, kota di kejauhan, pohon-pohon rimbun dan minuman hangat di tangan yang datang dari pedagang sekitar. Saya merasa pemandangan ini biasa saja, bukan sebuah pemandangan yang indah. Lalu, terpikir oleh saya, apa itu indah? Seperti apakah indah itu? Mengapa sebuah pemandangan bisa dikatakan indah? 

Perasaan saya seperti sebuah kebelangan dalam keramaian yang memecah pola. Jawaban sederhana yang saya dapatkan adalah keindahan merupakan selera, dan ia terbentuk dari bagaimana kita menilai sesuatu. sama seperti selera pada makanan. Kita bisa mengatakan bahwa mie instan itu enak, namun apa itu enak? Bagaimana sebuah perusahaan membuat suatu produk makanan yang dikatakan enak oleh banyak orang. Dari sini, saya sadar bahwa kita terbentuk dan terpola dalam selera. Informasi dari produk budaya adalah pembentuk selera kita dengan nilai-nilai  yang dibawanya. 

Nilai adalah sebuah hal yang tidak terlihat secara gamblang. ia ada dalam pikiran, tidak terlihat tentu saja walaupun kita membedah otak seseorang. Nilailah yang membuat individu memiliki karakter dan selera. Tanpa nilai yang baik atau kebijaksanaan, uang yang banyak, teman yang banyak, kekuasaan yang besar, selain karena duniawi, hal-hal itu menjadi lebih tak berarti lagi. 

Jadi, mana lebih penting diri kita yang memiliki nilai dan kebahagiaan atau uang yang banyak? tanyakan pada dirimu, bayangkan dirimu tanpa apa yang menjadi jawabanmu, bayangkan lagi, nilai kembali, sudah bahagiakah dirimu kini? Apakah wujud dari kebahagiaan dan kebijaksanaan yang tidak terlihat? 

Dipananta, 23 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun