Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar untuk Dewi (Terinspirasi Lagu Matraman dari The Upstairs)

2 Agustus 2021   12:20 Diperbarui: 2 Agustus 2021   12:34 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaset Modern English milik Jimi yang berputar sepanjang perjalanan kembali mengumandangkan lagu Melt With You dan membangunkanku. I'll stop the world and melt with you, lirik ini menggantung pada ujung kantuk yang tersisa. 

Kulihat beberapa orang mondar-mandir di jalanan sekitar mobil kami. Tak berselang beberapa lama dari bangunku, kulihat Dewi dengan kacamata barunya membawakan rantang yang biasanya ia bawakan untukku pada seorang lelaki yang berdiri di depan rumah kos seberang rumahnya. Aku yakin isinya adalah nasi tim buatannya yang selalu ia bawakan untukku di kampus. 

Kuperhatikan setiap gestur yang dilakukan oleh sepasang manusia itu untuk meyakinkan diriku. Kulihat nada-nada cinta melayang di ruang antara mereka. Sekejap saja, aku tak tahu mau berbuat apalagi. Jimi sedang seru terlelap saat kutengok. 

Setelah Dewi kembali masuk ke dalam rumah, aku turun dari mobil dan membawa lukisan mawar yang telah kubuat . Entah apa sebabnya, lidahku seperti mengingat rasa nasi tim buatan Dewi saat itu. Aku letakkan saja lukisan mawar itu di bawah kotak pos menghadap ke jalan, lalu kutinggalkan dan kembali ke Jakarta. Apalah arti sebuah nama, mawar adalah mawar, apalah arti sebuah bunga di kota kembang, pikirku.  

………..

Seorang mahasiswa seni rupa yang sedang berjalan menuju kampus dengan santai, memandangi lantas mengatai lukisan mawar itu karena warna merahnya yang buruk. Seorang mahasiswa jurusan fisika ITB melihat lukisan itu dan mengira-ngira sudah berapa lama lukisan mawar itu berada di luar terkena panas matahari dan hujan sehingga warnanya menjadi buruk. 

Seorang tentara yang sedang menuju kampus melihat lukisan itu dan terinspirasi untuk memberikan nama regunya, tim mawar.

Sorenya, seorang pemulung diam-diam mengambil lukisan mawar itu, kemudian memajang sekaligus menggunakannya untuk menambal tembok kayu rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun