Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Celah-celah Cahaya: Berserah

1 Agustus 2021   14:30 Diperbarui: 1 Agustus 2021   14:29 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah dua hari ini, saya bermimpi tentang sebuah kotbah yang sama. Seperti mimpi-mimpi yang lain, ia hanya teringat dalam bentuk pecahan saja. Sebangunnya dari mimpi kedua, saya mencoba mengingat sekaligus merangkum karena banyak pertanyaan di kepala tentang mimpi itu. 

Saya hanya mengingat bahwa mimpi itu berisi tentang pesan untuk menyerahkan sisanya pada Tuhan. Serahkan saja pada semesta. Saya duduk sebentar dan merenung sambil berdoa. Apa arti mimpi itu? Saya bangun dan minum air putih untuk mengembalikan kesadaran. Lalu, duduk dan berpikir.

Apa maksudnya mimpi itu ya? Sejauh pikir saya, pertanyaan itu yang menjadi pusat. Kegundahan saya di akhir-akhir ini adalah pandemi dan ekonomi yang jauh dari stabil. Usaha kedai kopi yang dijalani sedang ambruk pelan-pelan karena keadaan yang tidak kunjung membaik. Usaha kecil kuliner lainnya, masih baru merintis dan kembang-kempis. Ikhtiar mencari pekerjaan lepas pun tidak selancar yang dibayangkan. Semua terlihat muram dan tiada masa depan. 

Namun, sepatah kata yang penting dari mimpi itu adalah serahkan semuanya. Mengapa serahkan? Ya, bagian kita adalah melakukan apa yang kita bisa lakukan. Bekerja, belajar, berdoa, berusaha dan lain-lain. Lalu, pekerjaan, pelajaran, doa, usaha dan lain-lain hasilnya bukan kita yang menentukan. Memang sampai kini belum saya temukan bahwa usaha besar akan menghasilkan hasil yang besar, atau sebaliknya. 

Sesampainya di renungan itu, saya berpikir, tentang bagaimana cara menyerahkan apa yang sudah saya kerjakan. Jawaban itu muncul begitu saja dalam pikiran saya, berdoa saja. Bawa usahamu dalam segala doamu dalam segala langkah hidupmu dan dalam pikirmu. Saya jadi teringat kutipan dari Paulo Coelho, saat kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan membantumu meraihnya. Cara untuk menyerahkan usaha pada Tuhan adalah berdoa. 

bukrate.com
bukrate.com

Setelah itu, lakukan lagi sesuai kapasitas kita, eksekusi dan evaluasi. Lihat lagi probukrate.comgresnya, lihat lagi manfaatnya serta lihat lagi perkembangannya. Pada bagian inilah, berserah bukan lagi menjadi terserah. Kita tidak membiarkan saja usaha kita terlempar begitu saja, tapi tetap memberikan perhatian kemana arahnya. 

Sekarang ini, saya sedang berusaha membuat usaha kuliner kecil dari rumah sambil belajar menulis (lagi). Entah akan jadi apa pada waktu depan nanti. Kalau gagal, setidaknya saya sudah mencoba. Coba lihat kembali, adakah setidaknya dampak baik bagi diri kita setelah melakukan usaha itu walaupun gagal. Kita hanya gagal ketika kita berhenti melakukan hal yang menjadi usaha kita.  

Kembali saya teringat pada pepatah lama, berdoa dan bekerja. Apa yang kita doakan, kerjakan. Apa yang kita kerjakan, doakan. Kerjakan apa yang kita doakan, doakan pula apa yang kita kerjakan. 

Jangan menyerah, tabik.

------------

Celah-Celah Cahaya adalah inisiatif menuliskan hasil perenungan yang saya alami dalam hidup. Semoga bermanfaat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun