Mohon tunggu...
CaesarF
CaesarF Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah

Seorang manusia yang tertarik dengan banyak bidang keilmuan di dunia ini. Akan terus belajar, jika terdapat kesalahan dalam artikel saya silahkan dikoreksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syariat Islam yang Dilupakan, Amangkurat I sang Malaikat Pencabut Nyawa

20 November 2024   23:27 Diperbarui: 21 November 2024   02:12 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhirnya, pemerintahan Amangkurat I mencapai titik nadir dengan penyerbuan pasukan Trunajaya. Setelah ibu kota jatuh, Amangkurat I melarikan diri dan meninggal di pengasingan pada 1677. 

Menurut Ricklefs (2001), kematian Amangkurat I menandai akhir dari pemerintahan yang penuh dengan konflik internal dan eksternal. Setelah kematiannya, kerajaan Mataram dilanda periode ketidakstabilan yang berkepanjangan, hingga akhirnya VOC semakin mendominasi kerajaan tersebut.

Secara keseluruhan, pemerintahan Amangkurat I dapat dianggap sebagai masa yang penuh dengan kekacauan dan ketidakstabilan bagi Kesultanan Mataram. Kebijakan represifnya, ketidakmampuannya mengelola hubungan dengan VOC dan bangsawan lokal, serta kegagalannya dalam menjaga stabilitas sosial-ekonomi telah menandai runtuhnya sebagian besar kekuatan Mataram. 

Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa tantangan yang dihadapi Amangkurat I sangat kompleks, dan beberapa masalah mungkin tidak sepenuhnya diakibatkan oleh kebijakannya.

Kesultanan Mataram setelah Amangkurat I mengalami transformasi besar, dengan VOC mengambil peran yang semakin besar dalam urusan kerajaan. Warisan kepemimpinannya meninggalkan jejak mendalam pada sejarah Jawa, menjadi salah satu contoh klasik kegagalan pemerintahan yang terlalu otoriter dan gagal membangun koalisi yang kuat dengan berbagai elemen masyarakat.

Referensi :

Carey, P. B. R. (1981). The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and the End of an Old Order in Java, 1785-1855. Leiden: Brill.

de Graaf, H. J. (1985). Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Ricklefs, M. C. (1978). Modern Javanese Historical Tradition: A Study of an Original Kartasura Chronicle and Related Materials. Oxford: Oxford University Press.

Ricklefs, M. C. (2001). A History of Modern Indonesia Since c.1200. London: Palgrave Macmillan.

Ricklefs, M. C. (2008). Polarising Javanese Society: Islamic and Other Visions (c. 1830--1930). Singapore: NUS Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun