Manfred Albrecht Freiherr von Richthofen, yang dikenal luas sebagai Red Baron, adalah salah satu pilot tempur paling terkenal selama Perang Dunia I. Ia dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1892 di Breslau, Kekaisaran Jerman (sekarang Wrocaw, Polandia). Sebagai seorang aristokrat, ia berasal dari keluarga bangsawan yang mendorong karir militernya sejak usia muda. Manfred awalnya masuk dalam divisi kavaleri, tetapi ketika perang darat berubah menjadi perang parit yang brutal, peran kavaleri semakin berkurang, dan akhirnya ia beralih ke angkatan udara, yang kelak membawanya menjadi tokoh legendaris di dunia penerbangan militer.
Von Richthofen bergabung dengan militer Jerman pada usia muda dan pada mulanya ditempatkan di resimen kavaleri. Dengan cepat, ia menunjukkan keterampilannya dalam menunggang kuda dan bertempur di medan perang. Namun, selama tahun-tahun awal Perang Dunia I, ketika perang parit menggantikan pertempuran terbuka, kavaleri kehilangan relevansinya. Pada saat inilah von Richthofen memutuskan untuk beralih ke unit penerbangan pada tahun 1915.
Dalam penerbangan, von Richthofen pertama kali bertugas sebagai pengamat udara di unit artileri, sebelum akhirnya menerima pelatihan sebagai pilot tempur. Di bawah pengaruh Oswald Boelcke, salah satu tokoh penerbang Jerman yang sangat disegani, Manfred mengasah keterampilan terbang dan taktik tempurnya. Boelcke-lah yang mengenalkan von Richthofen pada prinsip taktik udara yang kelak menjadikannya sebagai salah satu pilot tempur paling mematikan.
von Richthofen bergabung dengan Jagdstaffel atau Jasta 2 pada tahun 1916, dan di bawah bimbingan Boelcke, ia segera berkembang menjadi pilot yang disegani. Ia dikenal karena keahlian dan ketelitian dalam setiap pertempuran udara, dan strateginya yang terkenal adalah selalu mendekati musuh sedekat mungkin sebelum melepaskan tembakan, sehingga ia jarang meleset.
Dalam pertarungannya di udara, von Richthofen awalnya menggunakan pesawat Albatros, tetapi kemudian ia menjadi terkenal karena menerbangkan pesawat Fokker Dr.I, triplane (pesawat tiga sayap) berwarna merah menyala yang ikonik. Triplane Fokker Dr.I, dengan ciri khas tiga sayapnya, memungkinkan manuver yang lebih tajam, menjadikannya sangat cocok untuk pertempuran jarak dekat di udara (Smith, 1990). Pesawat ini menjadi simbol bagi dirinya dan terkenal karena kelincahannya, meskipun kecepatan dan kekuatan bersenjatanya sedikit lebih rendah dibandingkan pesawat tempur lain pada saat itu. Warna merah terang pesawatnya inilah yang memberikan von Richthofen julukan Red Baron (Baron Merah).
Von Richthofen dengan cepat menanjak ke jajaran penerbang terhebat. Pada April 1917, bulan yang disebut Bloody April oleh Sekutu karena begitu banyak pesawat Inggris ditembak jatuh oleh Jerman, von Richthofen mencapai puncak kariernya. Ia telah mengumpulkan lebih dari 20 kemenangan pada bulan tersebut saja, dan total selama kariernya, ia mencatatkan 80 kemenangan resmi, menjadikannya ace tertinggi selama Perang Dunia I. Pencapaian ini membuatnya mendapatkan medali tertinggi di Jerman saat itu, Pour le Mrite, yang juga dikenal sebagai Blue Max.
Di bawah komandonya, Jasta 11 menjadi unit penerbangan paling sukses dalam angkatan udara Jerman. Reputasi von Richthofen sebagai pemimpin dan strategis tidak diragukan. Banyak pilot muda yang belajar darinya, dan beberapa di antaranya kemudian juga menjadi ace.
Pada Juli 1917, von Richthofen mengalami cedera kepala parah setelah terkena tembakan selama pertarungan udara dengan pesawat Inggris. Meskipun ia berhasil mendaratkan pesawatnya dengan selamat, cedera tersebut meninggalkan dampak yang cukup serius. Menurut beberapa laporan, von Richthofen mengalami sakit kepala berkepanjangan dan perubahan perilaku setelah insiden itu, yang mungkin memengaruhi keputusannya dalam pertempuran berikutnya (Franks, 1994).
Kematian von Richthofen terjadi pada tanggal 21 April 1918, dalam sebuah pertarungan udara di atas Vaux-sur-Somme, Prancis. Sumber-sumber sejarah berbeda pendapat mengenai siapa yang benar-benar menembak jatuh Red Baron. Beberapa pihak menyebutkan bahwa von Richthofen ditembak oleh pilot Kanada, Kapten Roy Brown, sementara laporan lain menyatakan bahwa peluru yang menewaskannya ditembak dari tanah oleh pasukan sekutu.
Von Richthofen, Red Baron, meninggalkan warisan yang abadi di dunia penerbangan dan perang udara. Dari awal karier militernya sebagai seorang anggota kavaleri hingga kematiannya sebagai salah satu penerbang tempur paling sukses dalam sejarah, ia mengukir nama yang tak terlupakan. Dengan 80 kemenangan resmi, pesawat Fokker Dr.I merahnya menjadi lambang dominasi udara selama Perang Dunia I, dan hingga kini ia tetap diingat sebagai salah satu pilot tempur terbesar sepanjang masa.
Referensi :
Carisella, P., & Ryan, J. (1972). Who Killed the Red Baron?. New York: Doubleday.
Carroll, A. (2016). Richthofen: The Red Baron. New York: HarperCollins.
Fitzsimmons, M. (2011). The Aces of World War I. London: War History Press.
Franks, N. (1994). The Red Baron: Beyond the Legend. London: Cassell.
Franks, N., & Bennett, A. (2001). The Red Baron's Last Flight. London: Grub Street Publishing.
Gough, M. (2015). Air Aces: The Best of the Best. New York: Aviation Books.
Hart, P. (2008). The Air War Over the Western Front. London: Oxford University Press.
Henderson, J. (2013). Manfred von Richthofen and the Ace Pilots of World War I. London: Cassell Military Paperbacks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H