Pada berita teori perkembangan kognitif ini sendiri, yang memiliki relavansi dengan berita tersebut yakni pada tahapan sensorimotor (0-2 tahun) pada tahapan ini sendiri, anak mulai berkembang kemampuannya untuk menggunakan indra yang dimiliki serta melalui kegiatan fisik untuk mengeksplorasi dunianya. Pada tahap ini pula anak sudah mulai belajar menggenggam, berjalan, serta merangkak. Namun, pada berita diatas, anak hanya dikurung didalam laci tanpa diberikan stimulasi apapun dalam perkembangan kognitifnya serta tidak adanya waktu yang diberikan untuk anak mengeksplorasi dunia yang ada disekitarnya, hal ini akhirnya menghambat perkembangan kognitif anak. Sehingga pada perkembangan kognitifnya tertinggal sangat jauh dari perkembangan kognitif pada anak seusianya dan hanya memiliki kemampuan perkembangan seperti bayi yang berusia 0-10 bulan.
3.Teori Perkembangan Sosial --- Vygotsky
Pada teorinya sendiri, Vygotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif pada anak dipengaruhi oleh adanya interaksi sosial, budaya, maupun bahasa. Meskipun dalam teorinya membahas perihal yang sama dengan yang dibahas oleh Piaget yakni perkembangan kognitif pada anak. Adapun aspek yang membedakan teori dalRi dua ahli tersebut, pada teori perkembangan menurut Piaget sendiri perkembangan anak difokuskan oleh eksplorasi yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Sedangkan dalam teori yang dikembangkan oleh Vygotsky perkembangan kognitif pada anak dipengaruhi juga oleh peran orang lain. Adapun dalam teorinya, empat konsep utama dari teori Vygotsky yang meliputi;
A.Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
B.Penopang atau Scaffolding
C.Bahasa Sebagai Alat Utama Perkembangan
D.Peran Budaya dan Interaksi Sosial
Sesuai dengan apa yang ditekankan oleh Vygotsky bahwa perkembangan anak, dipengaruhi oleh adanya interaksi sosial, budaya ataupun bahasa. Kondisi anak oada berita tersebut menunjukkan tidak adanya interaksi yang mendasar dengan lingkungannya, baik dengan orang tua ataupun teman sebaya. Mengakibatkan perkembangan anak dalam tiga aspek yakni, sosial, kognitif, serta bahasa tidak terstimulasi dengan baik.
Selain itu, dalam analisis berita diatas juga ditemukan gangguan dalam perkembangan fisik korban yang terlihat cukup jelas. Contohnya dengan pemberian makanan utama berupa susu Weetabix yang diberikan melalui suntikan, yang mengakibatkan anak mengalami kurang gizi serta dehidrasi yang cukup parah. Selain itu adanya gangguan motorik sebab dari kurangnya stimulasi motorik dapat menyebabkan perkembangan otot serta koordinasi keseimbangan fisik menjadi terhambat. Lalu, dengan terisolasinya korban pun yang berada diruangan sempit dan gelap tanpa sinar matahari selama hampir tiga tahun dapat menyebabkan gangguan pada tulang maupun kesehatan anak secara menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H