Suatu hari, seorang gadis kecil pergi ke rumah pamannya untuk berkunjung. Di sana dia tidak bisa diam, layaknya anak kecil, selalu ingin tahu. Dia berkeliling komplek, Â lalu sampailah anak itu di sebuah rumah kecil sedikit kumuh dan ramai orang di sana.
Gadis itu tidak berpikir apakah itu berbahaya atau tidak, dia hanya ingin masuk dan menghilangkan rasa penasarannya. Susah payah anak itu menerobos kerumunan orang. Saat sampai di dalam rumah, ia melihat ruangan yang tidak memilki perabotan. Hanya saja di sudut ruang itu duduk seorang wanita yang kakinya dipasung, dan tangannya dikerangkai.
Gadis itu menutup mulut, salah apakah wanita itu sampai diperlakukan demikian? Ingin segera mengetahui alasannya, dia bertanya kepada wanita paruh baya di sampingnya.
Dan wanita itu menjawab, "Dia gila, jika sedang kumat tingkahnya mengerikan, makannya dipasung. Kamu pulang saja, anak kecil jangan di sini."
Wanita yang disebut gila itu berteriak lagi, dia tidak berbicara apa-apa, hanya memukul-mukul kakinya yang terpasung.
Sore hari, saat rumah kumuh itu terlihat lengang dan sepi. Gadis kecil mengendap-ngendap melangkah ke sana. Ia membawa lima gorengan tempe yang diambil dari piring milik pamannya.
Sampai di depan pintu gadis itu menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Detik kemudian, dia membuka pintu. Wanita yang tadi siang berteriak tidak jelas sekarang terlihat lebih tenang, meski rambunya acak-acakan.
Anak itu mendekati wanita gila, perlahan dia memberikan kantong kresek yang berisi lima gorengan. Dengan sedikit gugup dia berkata, "Ini untukmu. Aku pikir kau kelaparan. Jangan memukul kakimu lagi."
Wanita gila itu masih diam, sama sekali tidak menatap gadis kecil yang membawakan makanan untuknya.
Anak itu lalu keluar, sampai di depan pintu, wanita gila berkata untuk pertama kali.
"Kalau pergi jangan lupa tutup pintunya, sebentar lagi malam, banyak serangga masuk jika pintu dibuka," katanya. Gadis kecil tersenyum, lantas menutup pintu rumah pelan-pelan.