Mohon tunggu...
Candrika Adhiyasa
Candrika Adhiyasa Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

pelamun, perokok, kurus, agak kepala batu, penikmat sastra terjemahan dan filsafat. Instagram dan Twitter @candrimen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cahaya

21 April 2018   18:29 Diperbarui: 21 April 2018   18:37 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berusaha membuka matanya kembali, untuk memastikan ini semua bukan halusinasi, anak perempuan itu masih mendapati kabut itu di hadapannya---dengan tatapan yang seakan-akan penuh rasa penasaran pula. Dengan lembut kabut itu berkata, apa kau Cahaya?

Tiba-tiba anak perempuan itu bergetar hebat dan jatuh tersungkur ke tanah. Rambutnya terurai tidak karuan, wajahnya pucat pasi. Anak perempuan itu hilang kesadaran. Sementara burung yang sempat menghilang itu bercericit kembali di antara kabut yang pekat. Derai dahan pinus itu disamarkan oleh kabut, seakan tidak mengeluarkan suara apa-apa. Kabut menggulung tubuh anak perempuan itu.

"Cahaya? Cahaya? Cahaya ...?"

Candrika Adhiyasa

 Tasikmalaya, 8 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun