Mohon tunggu...
Candrika Adhiyasa
Candrika Adhiyasa Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

pelamun, perokok, kurus, agak kepala batu, penikmat sastra terjemahan dan filsafat. Instagram dan Twitter @candrimen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Seorang Tokoh yang Menangis Ketika Ia Tertidur

16 April 2018   21:29 Diperbarui: 16 April 2018   22:41 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di sana," Kakek Tala menunjuk ke padang rumput terbuka, di sebelah utara belantara hutan yang begitu rapat.

Kakek Tala menunduk, menutup matanya, seperti menahan tangis, "di sana dulu kau berjanji pada kakek." kemudian berkata, "jangan pernah menjanjikan apa pun yang tidak bisa kau penuhi!"

Mendengar ucapan Kakek Tala yang menggema dan memangku getar kekecewaan yang teramat menggelegar, pikiran Tala mengawang ke masa kecilnya, masa ketika ia dengan sepenuh hati menyirami pot bunga dan menanam beberapa potongan pohon singkong bersama kakeknya. Di sana ia menuturkan janjinya kepada kakeknya untuk senantiasa menanam dan memelihara pohon, memelihara hutan.

Ketika Tala membuka matanya, Kakek Tala sudah pergi entah ke mana. Tala meneteskan air mata, menangis sekuat tenaga. Ketika ia sedang hanyut dalam kubangan kesedihan, juga penyesalan, tiba-tiba suara dentuman besar menyita perhatian Tala. Suara itu dari sana, dari hutan itu. Dilihatnya sebuah pohon kiara besar telah tumbang. Suara gergaji mesin bermunculan dari semua penjuru. Gergaji mesin itu dibawa oleh orang-orang berotot dan mengenakan topeng seperti karung goni yang dibolongi bagian mata, hidung, dan mulutnya. 

Suara tawa seorang lelaki berembus dari ujung hutan itu, segaris lurus dengan tempat Tala terbang. Seorang pria parlente, dengan jas dan kacamata hitamnya, menunjuk ke setiap pohon yang berdiri dan diikuti oleh orang-orang bertopeng yang membawa gergaji mesin itu, digerjajinya setiap pohon yang ditunjuk oleh pria parlente itu, satu-satu sampai kemudian habis. Semuanya tumbang. 

Tala hanya diam terpaku, tak bisa berbuat apa-apa. Pria parlente itu menyisir tiap petak hutan, mencari pohon yang masih berdiri. Ia tidak menemukan pohon lagi. Lantas ia menatap Tala dengan mata yang merah, mata yang serakah, mata setan, seraya menunjuk tepat pada Tala. Orang-orang bertopeng yang semula sibuk mencari pohon yang masih berdiri, serempak menatap ke arah Tala, dan berlari mendekati Tala. 

Mereka berteriak-teriak, Tumbangkan! Tumbangkan! Tumbangkan! Hahaha!Tala dihinggapi ketakutan, ia terbang mundur, berusaha masuk kembali ke kamarnya. Namun sayang, usahanya tidak semulus ketika pertama kali berusaha menembus jendela kamarnya itu. Ia menoleh, tidak menemukan jendela kamarnya, hanya berdiri satu pohon besar di belakangnya, dan pohon itu menangis tersedu sedan. Ada apa, Pohon? Ada apa?tiba-tiba deru gergaji mesin dan tawa yang mengerikan semakin mendekat, Tala menoleh, orang-orang bertopeng itu tinggal dua langkah saja jaraknya. Gergaji mesin itu menebas leher Tala. Orang-orang bertopeng itu tertawa, disusul tawa yang lebih keras dan mengerikan pria parlente itu, hahahahaha!

Alarm berbunyi sangat bising. Tala terkejut bukan main. Ia bangun dari ranjang. Menampar-nampar pipinya dan mengaduh kesakitan. Ia masih tidak percaya bahwa ia jin, juga tidak sepenuhnya percaya bahwa ia manusia---yang artinya kejadian itu masih abu-abu di ingatannya, antara fiktif dan fakta. Ia tidak terlalu peduli. Tangannya bergetar hebat, keringatnya membanjiri pelipis dan sebagian besar torsonya. Getar apa ini? Ia langsung bergegas mencari telepon selulernya, menghubungi seseorang.

"Halo .... Royan? Proyek itu segera batalkan!"

Candrika Adhiyasa

Tasikmalaya, 15 April 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun