Mohon tunggu...
Analgin Ginting
Analgin Ginting Mohon Tunggu... Human Resources - Saya seorang pencinta kemanusiaan, suka berbagi untuk kebaikan bersama

Regenerasi dari akun Kompasiana sebelumnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kajian Akademis Menyatakan Suku Karo Bukan Keturunan Si Raja Batak

8 Januari 2025   10:54 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:54 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat perdebatan panjang mengenai asal-usul Suku Karo dan hubungannya dengan narasi "Si Raja Batak" yang disebutkan dalam buku karya William H. Hutagalung. Berikut adalah penjelasan akademis mengenai hal ini:

1. Narasi Si Raja Batak dalam Buku Hutagalung

Dalam bukunya "Pustaha Batak", William H. Hutagalung menyebutkan bahwa semua suku Batak, termasuk Karo, Mandailing, Simalungun, dan Pakpak, berasal dari satu leluhur yang disebut Si Raja Batak. Narasi ini menjelaskan bahwa keturunan Si Raja Batak tersebar di seluruh wilayah Tapanuli dan Sumatera Utara. Namun, pandangan ini banyak mendapat kritik karena lebih bersifat legenda dan tidak didukung oleh bukti genealogis yang kuat.

Catatan Sumber:Hutagalung, W.H. (1926). Pustaha Batak: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak.

2. Perspektif Sejarah dan Antropologi

Banyak antropolog dan sejarawan seperti Daniel Perret dan Muhammad Takari menegaskan bahwa Suku Karo memiliki budaya, bahasa, dan tradisi yang berbeda dari suku-suku Batak lainnya. Beberapa indikator perbedaan tersebut antara lain:

Bahasa: Bahasa Karo tidak identik dengan bahasa Toba atau Mandailing. Bahasa Karo memiliki kosakata yang unik dan struktur sintaksis yang berbeda.

Marga: Suku Karo memiliki marga sendiri seperti Karo-karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan  Perangin-angin  yang berbeda dengan marga dalam tarombo Batak.

Struktur Sosial: Suku Karo memiliki sistem kekerabatan dan adat istiadat yang berbeda, termasuk konsep perkade-kaden (kerabat jauh) dan ritual budaya yang khas.

Referensi: Perret, Daniel. (2010). Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun