Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan pengaruh budaya Tamil dalam struktur sosial Kerajaan Haru, yang kemudian diwarisi oleh masyarakat Karo.
3. Kajian Arkeologis
Kota Cina dan Benteng Deli Tua: Situs arkeologis ini merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Haru. McKinnon dan sejarawan lainnya menemukan keramik Cina dan artefak lainnya yang menunjukkan aktivitas perdagangan.
Benteng Putri Hijau: Benteng ini dikaitkan dengan mitos Putri Hijau, tokoh yang dianggap sebagai simbol kerajaan Haru. Beberapa peneliti mengaitkannya dengan kisah yang terkait suku Karo.
4. Analisis Sejarawan
Anthony Reid dalam Southeast Asia in the Age of Commerce mencatat bahwa Haru adalah salah satu kekuatan politik dan ekonomi utama di Sumatra sebelum pengaruh Aceh semakin kuat.
Leonard Andaya dalam The Kingdom of Johor menyebutkan bahwa Haru berperan penting dalam aliansi dan konflik di kawasan Selat Malaka.
Edmund Edwards McKinnon menegaskan bahwa Haru memiliki hubungan budaya yang kuat dengan komunitas di wilayah dataran tinggi Sumatra, yang dapat dikaitkan dengan suku Karo.
Kesimpulan
Referensi tentang Kerajaan Haru (Aru) berasal dari berbagai sumber langsung seperti Sejarah Melayu, Hikayat Raja Pasai, catatan Portugis (Suma Oriental), dan catatan Dinasti Ming. Sementara itu, sumber tidak langsung seperti tradisi lisan, kajian etimologi, dan struktur sosial suku Karo menunjukkan adanya kemungkinan hubungan antara Kerajaan Haru dan suku Karo. Analisis arkeologis di situs-situs seperti Kota Cina dan Benteng Putri Hijau memperkuat indikasi bahwa Haru memiliki pengaruh luas yang mencakup wilayah dataran tinggi Sumatra Utara. Namun, hubungan pasti antara Haru dan suku Karo tetap menjadi subjek penelitian dan diskusi dalam kajian sejarah Sumatra.
Penulis adalah sekretaris umum Karo Foundation