Dalam Islam memang tak ada istilah pacaran ataupun pacaran secara syar’i. Kenapa?, karena yang seperti kita ketahui saat ini bahwa pacaran itu banyak mudhorotnya daripada manfaatnya. Tapi saya disini sebenarnya tidak akan membahas dari segi agama, tetapi dari segi psikologisnya. Jelas, karena saya mahasiswa psikologi.
Apa sih stress itu?, stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang diakibatkan karena stress disebut strain.
Nah, sekarang sudah tahu kan apa itu stress ..
Kenapa harus pacaran yang kita bahas?, ya karena ini adalah masalah manusiawi. Cinta ,, Sayang ,, ah apalah itu ,, Kita terlalu terbuai dalam kalimat-kalimat itu. Cinta adalah rasa , fitrah setiap manusia untuk saling menyayangi dan mencintai. Cinta membawa bahagia, tidak ada menyakiti dan disakiti. Namun, jika kita tidak siap, akankah cinta datang dengan indah juga?
Kompasianer,, sebagian diantara kalian pasti ada yang pernah merasakan manis pahitnya cinta. Kita mulai dari manisnya dulu. Manisnya cinta , dikala cinta datang, kita selalu terbayang, melakukan kegiatan apa pun selalu teringat pada sang pujaan hati. Ingin sekali bersama dan berada di dekat sang pujaan hati. Sampai ada perumpamaan dunia milik berdua bagi 2 orang yang mengalami jatuh cinta. Jika sang pujaan hati sedang sms, maka kita akan dengan serius membalasnya sambil tersnyum-senyum sampai orang di sekitar kita anggap tidak ada. Kadang orang yang jatuh cinta juga sulit untuk diajak bicara karena tidak nyambung. Normalkah?
Sekarang pahitnya. Setelah sang cinta yang sedang mampir pada diri kita menggebu-gebu. Eh,, ternyata sang pujaan hati ada cinta yang lain. Bagaimana?, betapa remuknya hati ini. Ingin rasanya tidak menatap dunia lagi dan menghadapai kenyataan yang pahit ini. Makan minum pun tak enak, pinginnya di kamar terus sambil nangis-nangis, ada teman yang datang menjenguk malah marah-marah, sampai ada yang bunuh diri.
Lika-liku cinta memang rumit, tak akan selamanya cinta itu stagnan, tapi juga naik turun. Yang diperlukan adalah bagaimana mental kita siap menghadapinya. Jika kita berpikir bahwa ‘aku putus cinta bukan berarti dunia ku hancur’, so?, itu berarti mental kita kuat.
Orang yang sedang bermasalah dengan cinta rawan sekali stress. Karena emosi dia tertekan sehingga memicu psikis yang kurang sehat, dari situlah penyakit fisik mulai tumbuh. Itulah mengapa keadaan orang yang sedang mengalami stress kondisinya tidak vit atau tidak sehat secara fisik, badan drop dan sebagainya. Stress juga mengakibatkan produktivitas menurun.
Hal ini hanya sebagian kecil pemicu stress, masih banyak hal yang lain yang bisa menyebabkan stress, namun masalah karena cinta adalah masalah yang sering kita jumpai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H