Mohon tunggu...
Ghina Elzanadia Nisrina
Ghina Elzanadia Nisrina Mohon Tunggu... -

Female/Muslim/Psikologi UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Asap Rokok

9 Desember 2014   15:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:42 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini adalah malam yang dingin bagi Yoga. Terlihat dia sedang duduk di teras rumahnya sambil memainkan kepulan rokok yang keluar dari mulutnya. Dia sedang melamun. Maklumlah, dia hanya ingin bersantai sambil menikmati udara malam setelah lelah seharian bekerja.

Yoga bekerja di sebuah SD di kawasan yang tak jauh dari rumahnya, dia bekerja sebagai seorang satpam. Namun, satpam yang semestinya harus melindungi dan menjaga sekolah dan warga yang ada di dalamnya, justru malah sebaliknya. Selama 5 bulan bekerja menjadi satpam di sekolah tersebut, selama itu pula dia telah mencabuli 2 anak SD yang bersekolah di SD tersebut. Entah setan apa yang telah merasuki dirinya sehingga dia bisa melakukan perbuatan bejat seperti itu.

Korban pertama Yoga adalah seorang siswa kelas 5, sebut saja Doni. Doni merupakan seorang anak yang sangat pendiam. Pertama yang dilakukan Yoga adalah mendekati Doni dengan cara mengajak berbicara dan menyapa jika bertemu dengan anak itu. Doni mulai merasa bahwa Yoga bisa dijadikan teman. Mereka berdua asyik mengobrol sampai sekolah sudah mulai sepi. Pada saat itu, pikiran jahat Yoga mulai merasuki otaknya dan mulai tangannya beraksi sambil mulutnya mengancam agar tidak memberitahu apa yang dilakukannya pada orang lain. Setelah Yoga puas dengan apa yang dilakukannya dengan Doni. Yoga tak henti-hentinya mengancam lagi agar Doni benar-benar tutup mulut, kemudian Doni di beri uang 10 ribu dan disuruh untuk segera pulang kerumah.

Keesokan harinya, Doni selalu berlari jika melewati pos satpam. Doni takut jika hal itu terulang lagi dan takut akan ancaman-ancaman dari Yoga.

Merasa bahwa kejahatannya yang pertama aman-aman saja. Maka Yoga berniat untuk melakukan yang kedua kalinya. Kali ini, korbannya adalah siswa kelas 4 SD yang merupakan seorang anak yang cerdas di kelas dan dikenal ramah terhadap siapa saja, panggil saja Ronal. Yoga mulai sering mengamati Ronal karena korban mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mengharuskan korban pulang lebih sore dibanding anak lain yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Pada suatu sore, Yoga benar-benar ingin menyalurkan hasrat seksualnya itu kepada Ronal, korban keduanya. Dia benar-benar mengamati Ronal. Hingga pada saat Ronal memasuki toilet, Yoga sesegera mungkin ikut masuk ke toilet dan melancarkan aksinya. Yoga pun juga tak lupa memberikan ancaman-ancaman yang membuat Ronal merasa sangat takut.

Aneh, semua orang di sekolah itu merasa ada yang aneh dengan siswa kelas 4 ini. Ronal adalah anak yang cerdas dan aktif di kelas. Namun, secara tiba-tiba dia menjadi seorang anak yang pendiam dan penakut. Lebih aneh lagi, jika di dekati seorang dewasa dia akan lebih menjadi-jadi ketakutannya. Hal ini lah yang membuat teman-teman, guru, dan orangtua Ronal merasa ada yang ganjil pada Ronal.

Yang paling merasa aneh adalah orangtua Ronal. Selama ini Ronal adalah seorang anak yang rajin dan penurut pada orang tua. Namun, akhir-akhir ini dia menjadi pemurung dan suaka menyendiri di kamar.

Tok... Tok... Tok...

Jegrekkkkkk,,, suara pintu terbuka...

“Nak, makan dulu gih, sudah ibu siapkan makanan kesukaan kamu”

Tak ada jawaban

“Nak, ibu sedih, kenapa kamu?, ada apa denganmu?”

Tak ada jawaban, namun hanya terlihat ada air mata di sudut matanya.

“Nak, ibu ini ibumu, ceritakan apa saja pada ibu, ibu tidak akan marah, tidak akan melakukan hal yang jahat, ibu akan melindungimu meskipun kamu melakukan kesalahan”

Sang anak menatap ibu.

“Bu,,, Ronal takut”, jawabnya pelan dan lirih.

“Takut apa nak?”, jawab ibu sambil memegang tangan anaknya.

“Takut”

Bagaikan disambar petir, sakit, kaget, begitulah yang dirasakan ibu Ronal sesudah mendengar penjelasan dari anaknya.

Esok harinya, langsung Ibu Ronal melaporkan hal tersebut ke pihak sekolah. Dan seketika itu juga, Yoga dipanggil, dipecat dan ditahan.

Sosok lelaki yang memainkan kepulan asap rokok di teras rumah itupun sudah tiada lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun