Mohon tunggu...
Nur Asiyah Jamil
Nur Asiyah Jamil Mohon Tunggu... Guru - Karyawan

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Bukan Sekedar Pengajar

6 April 2013   19:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru Bukan Sekedar Pengajar

“ Jika setiap saat dan setiap hari adalah belajar, maka setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah “

Belajar bukan berarti harus belajar ilmu eksakta semi privat dengan metoda personal approach yang sangat dijunjung tinggi oleh sinotif tempat dimana mereka belajar dan kita belajar lagi. Setiap harinya berfikir bagaimana mengerti memahami dan melahirkan kembali hingga mereka pun mengerti apa yg kita mengerti dan terus berusaha menjadikan mereka lebih dari yg kita bisa.

Terkadang kita juga sama stress (tegang)nya dengan anak-anak ketika mereka akan ulangan umum dan ujian nasional, kita ikutan parno sampe sampe kita membuka kembali buku2 yg harus kita pelajari hingga mencari2 jawaban ke google (mentok di buku) hanya untuk tampil maksimal dan melakukan sebaik-baiknya untuk anak-anak kita, sekeras-keras kita berusaha tetap saja bukan kita yg akan menentukan nilai mereka, yang menentukan nilainya adalah gurunya dan sekuat-kuatnya kita mengajar tetap tergantung bagaimana mereka berusaha dan berdoa.

Tugas kita selain sebagai guru adalah motivator bagi mereka, bagaimana mreka bisa termotivasi dan bagaimana kita bisa diterima oleh mereka dan apa yg kita lakukan menjadi inspirasi mereka, sehingga belajar akan menjadi menyenangkan dan penjelasan dari mulut kita yg sampe berbusa akan dengan mudah iingat mreka hanya dengan mereka memejamkan matanya, bukan hanya dari buku yg mereka baca.

Ini yg menjadi tantangan seorang guru privat dan hasilnya nanti jika mereka mendapatkan nilai yg bagus kita menjadi ikut tersenyum namun jika nilai mreka dibawah rata-rata ini menjadi satu hal yg membuat kita sedikit diam dan berfikir dan terkadang menjadi masalah ketika orang tua mereka kecewa dengan pelayanan, itu lah kita seorang guru privat yg di depan matanya adalah tantangan. “teacher who inspire know that teaching like cultivating a garden, those who would have nothing to do with thorns must never attempts to gather flowers” seorang guru yg menginspirasi sangat mengerti bagaimana mengajar layaknya berkebun, meski tahu akan menemukan duri pada tanamanya namun akan tetap berusaha menumbuhkan bunga.

Terlepas dari itu semua, ada yg lupa dari seorang Guru, bahwa kita adalah pekerja, bekerja di sebuah perusahaan dimana ada sistem yg dibuat oleh pimpinan dan ada orang-orang dibalik sistem itu,mereka adalah rekan kerja. Rekan kerja tiba-tiba menjadi seorang paling penting dalam hidup kita yang jauh dari orang tua dan keluarga, rekan kerja tiba-tiba berubah menjadi tetangga paling dekat dengan kita, rekan kerja menjadi orang yg kita temui hampir sebagian hidup kita perhari. Waktu sehari terkadang terlalu banyak dihabiskan di kantor, peluang interaksi paling besar adalah dengan rekan kerja, peluang berselisih terbesar pun dengan rekan kerja.

Kerja tim sangat membutuhkan konsistensi dan kerja sama antar anggota tim untuk mencapai tujuan dan goal setting bersama. Wajah yang kita pandang setiap harinya adalah wajah rekan kerja, sayangnya kita hanya dilatih bagaimana menghadapi siswa namun tidak dilatih bagaimana menghadapi rekan kerja, terlalu banyak kita belajar eksakta hingga lupa apa yang dirasakan oleh rekan kerja kita, terlalu sering menghadapi siswa membuat kita lupa bahwa rekan kerja bukanlah siswa yang bisa dengan seenaknya kita memaksa dan dengan sekenanya kita minta dihargai, dengan seenaknya berbicara tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.

Siswa dan rekan kerja sama-sama manusia yang harus dihargai, harus dihormati dan dijaga perasaanya, namun kita seing lupa dengan ini. Siswa memang lebih muda dari kita yang mana kita masih bisa menceritakan hal bohong yang menarik, yang masih bisa kita nasehati dengan bijaksana, namun berbeda dengan rekan kerja, mereka punya hati yg rentan, tidak bisa dibohongi, tidak bisa disinggung, mereka manusia dewasa yang punya privasi dan ingin dihormati  dihargai dimengerti.

Rekan kerja adalah cerminan dari kita, mereka bisa mengatakan benar dan salah yang kita lakukan dari sudut pandang masing-masing. Tidak mungkin dalam bekerja selalu benar, jika kerja kita selalu benar sebaiknya kita tidak udah menjadi pekerja, mending melakukan yang lain agar waktu kita bermanfaat untuk belajar bagian ilmu yg lain. Salah dalam bekerja adalah wajar, tidak ada pembelajaran tanpa kesalahan. Kita akan menajdi orang paling salah ketika memarahi dan menyalahkan pekerjaan orang lain. Tidak ada kesalahan yang merugikan karena kita akan selalu melihat bahwa di setiap kesalahan ada sesuatu keuntungan yang bisa di ambil untuk orang-orang yang mampu berfikir. Kesalahan menjadi suatu kerugian ketika dipandang sebagai pekerjaan yang salah dan hanya terfokus pada kesalahan itu, kesalahan ibarat titik noda ditengah-tengah kertas putih, kita terlalu fokus pada titik itu tanpa melihat disekitarnya masih ada putih yang sangat banyak.

Hakekatnya kita adalah manusia yang ingin selalu dimanusiakan, ingin dihargai maka hargailah, ingin dihormati maka hormatilah, ingin dijaga maka jagalah perasaanya, ingin dimengerti maka mengertilah, jangan pernah menyalahkan jika kita sendiri masih punya salah, tidak ada yang sempurna dalam menjalani kehidupan ini, begitu juga kehidupan dalam bekerja, kita bukan hanya guru yang bekerja sebagai pengajar namun kita juga manusia yang bekerja dengan orang lain yang harus dimengerti layaknya manusia makhluk sosial. Rekan kerja kita bukanlah orang yang menggaji kita yang membuat kita kaya atau miskin namun mereka adalah manusia yang suatu saat akan menolong kita dalam keadaan paling genting sekalipun. Akan diperlakukan seperti apa kita itu adalah apa yang kita lakukan kepada mereka.

“I'm selfish, impatient and a little insecure. I make mistakes, I am out of control and at times hard to handle. But if you can't handle me at my worst, then you sure as hell don't deserve me at my best.”

― Marilyn Monroe - Marilyn Monroe

“Layaknya logam yang mempunyai sifat berbeda-beda tetap saja untuk membentuk benda ia harus bergabung dengan logam yang lain membentuk Alloy untuk menguatkan dan saling mengisi kekurang masing-masing sehingga oksidasi sekuat apapun akan tetap mampu dihantam, dan seperti itu lah manusia yang satu dengan yang lain”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun