Rata-rata skor laki-laki lebih tinggi, hal ini menunjukkan kemampuan pengendalian kemarahan yang lebih baik secara keseluruhan. Namun, perempuan memiliki distribusi skor yang lebih luas, mengindikasikan adanya keragaman yang lebih besar dalam kemampuan pengelolaan emosi mereka.
Implikasi dan Rekomendasi
Penahanan emosi yang dominan pada perempuan (anger-in) meningkatkan risiko gangguan psikosomatis seperti sakit kepala dan stres kronis (Novaco, 2010), sementara ekspresi agresif yang lebih sering pada laki-laki (anger-out) berpotensi memicu konflik interpersonal (Chaplin, 2015).
Edukasi anger control diperlukan untuk membantu perempuan mengekspresikan emosi secara konstruktif dan laki-laki untuk mengelola impuls tanpa agresi. Program seperti mindfulness training telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesejahteraan emosional generasi muda (Twenge et al., 2017).
Kesimpulan
Perbedaan dalam pengelolaan kemarahan antara laki-laki dan perempuan generasi Z menyoroti perlunya pendekatan yang lebih sensitif terhadap kebutuhan emosional masing-masing gender. Dengan strategi yang tepat, kemarahan dapat dikelola secara sehat, sehingga tidak hanya mengurangi dampak negatif, tetapi juga mendorong kesejahteraan emosional dan hubungan sosial yang lebih baik.
Referensi
Chaplin, T.M. (2015). Gender and emotion expression: A developmental contextual perspective. Emotion Review, 7(1), 14-21.
Dangmei, J., & Singh, A.P. (2016). Understanding the generation Z: The future workforce. International Journal of Management and Social Sciences Research (IJMSSR), 5(7), 28-34.
Novaco, R.W. (2010). Anger control: The development and evaluation of an experimental treatment. Clinical Psychology Review, 30(3), 403-416.
Spielberger, C.D., Krasner, S.S., Solomon, E.P. (1988). The Experience, Expression, and Control of Anger. In: Janisse, M.P. (eds) Individual Differences, Stress, and Health Psychology. Contributions to Psychology and Medicine. Springer, New York, NY. https://doi.org/10.1007/978-1-4612-3824-9_5