Mohon tunggu...
Pascal Caboet
Pascal Caboet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mencoba Menulis

Penyuka soto dan sate kambing. Kadang introvert kadang juga ekstrovert. Kadang kritis tapi juga humoris

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang yang Mistis dan Hari Ini: Sebuah Catatan Film "Nduding" Karya Laurensius Rizky

16 November 2020   12:58 Diperbarui: 16 November 2020   13:09 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdengar, mitos selalu tidak dapat dimengerti, tidak alamiah, suatu pikiran yang kekanak-kanakan, pra-logis, dan primitif. Atau dengan kata lain, kita bisa menyebut mitos sebagai pengetahuan tradisional. 

Jika dibandingkan dengan pengetahuan modern yang serba terukur dan dapat dimengerti, pengetahuan tradisional memang perlu dipahami dalam bentuk yang berbeda. 

Hari ini kita menyebut konservasi sebagai cara menjaga ekosistem. Pengetahuan tradisional sudah lebih dulu mengatasi itu. Sebagai contoh, dalam masyarakat suku bajo terdapat mitos bahwa orang bajo tidak diperbolehkan menangkap beberapa jenis ikan tertentu, karena mereka percaya bahwa itu adalah nenek moyang mereka. 

Atau dulu ketika saya mendapati ikan yang agak aneh, itu akan dianggap sebagai siluman, sehingga dengan cepat saya harus segera melepas ikan itu ke sungai. 

Dari sini kita bisa melihat terdapat susunan garis yang sama antara pikiran modern dan tradisional. Artinya, keberadaan mitos memiliki fungsi untuk mengatasi dan juga memberikan pemahaman. 

Bahwa hari ini cara mengatasi kerusakan alam akibat eksploitasi melalui undang-undang hukum adalah sebagai bentuk perkembangan pengetahuan tradisional yang menerapkan sanksi-sanksi berupa hal-hal yang gaib dan mistis. 

Dari sini kita bisa melihat bagaimana local wisdom dalam konstelasi kebudayaan telah mengkonstruksi diri kita dan memberikan pemahaman kita tentang dunia.  

Akan tetapi, film ini masih terdapat beberapa hal yang kabur. Saya mencatat ada dua hal yang membuat instrument ilusi sekunder film ini kurang terbentuk secara utuh, yaitu aktor utama (anak kecil) dan setting waktu. 

Dua aspek ini yang kiranya membuat saya bertanya mengenai bagaimana sesuatu yang mistis itu dapat dimungkinkan terjadi pada seseorang yang belum memiliki atau menyakini pengetahuan atas sesuatu yang mistis itu sendiri.

Lalu, bagaimana dapat dimungkinkan Aji, seorang anak kecil---yang merepresentasikan anak kecil hari ini---yang berjarak dengan sesuatu yang mistis justru mengalami sesuatu yang mistis itu sendiri? 

Bagaimana kiranya relasi "ruang sosio-mistis" tersebut dapat hadir pada dunia hari ini yang sama sekali berjarak pada sesuatu yang mistis? Apakah hanya karena film ini bergenre horor, maka sesuatu yang horor tanpa sebab-akibat yang utuh dipaksa harus hadir dalam film ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun