Mohon tunggu...
Pascal Caboet
Pascal Caboet Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mencoba Menulis

Penyuka soto dan sate kambing. Kadang introvert kadang juga ekstrovert. Kadang kritis tapi juga humoris

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang yang Mistis dan Hari Ini: Sebuah Catatan Film "Nduding" Karya Laurensius Rizky

16 November 2020   12:58 Diperbarui: 16 November 2020   13:09 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Aji, seorang anak berusia sekitar 10 tahun, melihat sebuah layangan tersangkut di pohon kamboja yang berada di kuburan. Melihat layangan itu, "naluri bermain" Aji muncul. Ia dengan cepat berhenti, lalu nduding (baca: menunjuk) ke arah layangan itu sambil berkata kepada kakaknya, "Kak, itu ada layangan." 

Mendengar perkataan itu, sang kakak berhenti, "Hush! Ngga boleh nduding-nduding ke kuburan. Nanti bisa kualat". Lalu, sang kakak dengan cepat mengajak Aji bergegas pulang, karena cuaca terlihat mendung gelap. 

Sesampainya di rumah, sebelum sang kakak pergi, ia menyuruh Aji agar segera mandi. Aji mengiyakan, lalu ia tertidur. Setelah itu, kejadian aneh menimpa diri Aji. 

Begitulah kiranya, penggalan cerita Film Nduding karya Laurensius Rizky. Film pendek berdurasi empat menitan ini mengingatkan saya saat masih bocah akan mitos terkait nduding ke kuburan. 

Menurut cerita lisan yang beredar, kalau kita nduding ke kuburan, kita harus segera menggigit jari sebagai cara agar terhindar dari hal-hal mistis yang akan terjadi. 

Tentu, saat masih bocah, saya mematuhi mitos atau bentuk pengetahuan larangan itu tanpa perlu tahu alasannya. Dalam benak saya, hanyalah ada pengetahuan kuburan itu tempatnya orang mati, maka tempat itu angker. 

Point menarik dari film ini adalah tidak adanya penjelasan bagaimana hal yang gaib itu dapat terjadi. Justru dengan cara ini lah, film ini seolah hanya menggambarkan sesuatu yang mitos "itu ada" dan mempunyai keberelasian dengan manusia. 

Lalu, menyerahkan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan itu kepada penonton. Pemaknaan setiap orang akan mitos yang ada selalu beragam, dan dengan cara ini lah film ini justru membebaskan penonton memaknai film ini dengan tafsiran yang berbeda-beda. 

Dalam konstelasi kebudayaan jawa, terdapat hubungan batiniah antara orang hidup dan orang mati. Orang mati itu hanya jasadnya, tapi ruhnya tidak. Orang jawa merasa perlu untuk menghormati leluhur mereka melalui tradisi nyadran. 

Di mana orang jawa (yang masih melaksanakannya) akan melakukan bersih makam, lalu kemudian akan berdoa untuk keselamatan leluhur. Lewat tradisi ini orang jawa diberikan pemahaman mengenai asal-usul mereka, dan juga diingatkan bahwa setiap orang nantinya akan mati. 

Oleh karena itu, kuburan bagi orang jawa bukan hanya sekedar tempatnya orang mati, dan angker, namun kuburan adalah tempat yang profan di mana para leluhur beristirahat. Maka wajar bila dalam film ini, nduding ke kuburan itu adalah pantangan, karena dianggap sebagai penghinaan kepada leluhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun