Permainan super offensive Liverpool, akhirnya takluk pada pola super deffensive ala Simeone. Ah, mungkin lantaran bola itu memang bundar. Jadi ya, Kloop mungkin kurang beruntung saja.
Liverpool mungkin unggul dalam penguasaan bola, jumlah serangan, hingga main di kandang sendiri--lengkap dengan para pelantun You'll Never Walk Alonenya--tapi sayangnya Liverpool ngga unggul secara skor permainan.Â
Kalau menang tidaknya pertandingan sepakbola ngga cuma ditentukan skor, mungkin Liverpool udah jingkrak-jingkrak. Tap naas, kui ming ngedobos jenenge.Â
Pada 45 menit kedua, Liverpool yang sudah unggul 1-0 di babak pertama lewat sundulan Wijnaldum, terus menambah daya gedor serangannya, dan memaksa Atletico bertahan total. Agregat gol 1-1 bertahan hingga menit akhir babak kedua. Laga terpaksa diteruskan dengan extra time.
Lantaran Liverpool bermain di kandang sendiri, jadi ngga ada alasan untuk kalah. Kloop terus membuat intensitas serangan Liverpool semakin offensive. Alhasil, pada menit 93 Firmino berhasil mencetak. Sontak, seluruh Anfield seraya mburap-mburap. Sampai menekuk-tekuk wajah Simeone.Â
Selang 3 menit kemudian, berkat permainan (apik) Adrian yang melakukan salah umpan di lini pertahanan Liverpool, membuat Joao Felix dan M. L'lorente bekerjasama, hingga M. L'lorente berhasil melesatkan tembakannya ke gawang Adrian, dan berbuah gol. Skor agegrat gol 2-2 bertahan hingga 15 menit pertama extra time.
Menyandang sebagai gelar juara bertahan, membuat Liverpool semakin menjadi-jadi, hingga memaksa Van Dijk maju membantu lini depan Liverpool. Tapi, permainan apik Liverpool juga diimbangi penampilan Jon Oblak yang juga lebih apik.
Sembari berharap hasil imbang bisa dipertahankan, dan mencoba peruntungan lewat adu pinalti. Mungkin pikir Simeone, "mumpung kipernya Adrian". Eh, di menit akhir tambahan waktu extra time, Morata malah cetak gol. Praktis, hal tersebut membuat Anfield jadi nggrantes.Â
Skor agregat gol 2-4 membuat Atletico berhak melangkah ke babak delapan besar Liga Champion Eropa. Sementara, Liverpool harus merelakan gelar juara bertahannya.
Seandainya, bola itu bukan bundar, melainkan jajar genjang. Mungkin Liverpool bisa menang. Tapi, kui jenenge soyo luweh ndobos!
Yauda.. wong yo tetep You'll Never Walk tho, lur?Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H