berprasangka buruk terhadap Maryam binti Imran dan tidak ada satupun yangÂ
percaya bahwa kehamilan yang dialami Maryam binti Imran merupakan bagian wujud kemuliaan dan ketetapan Allah. Bahkan Bani Israil tetap mengira Maryam binti Imran sudah melakukan berbuatan hina yang berupa zina. Berdasarkan pendapat M. Quraish Shihab pakar tafsir bahwa meskipun dihina, diasingkan dan dipandang rendah, Maryam binti Imran tetap menyerahkan segala persoalan tersebut kepada sang Maha pencipta. Alhasil psikis Maryam binti Imran tetap tegar dan tenang dalam menghadapi segala tuduhan Bani Israil. Berpedoman pada pendapat William James pakar filosof dan ahli ilmu jiwaÂ
bahwa keimanan yang yang dimiliki Maryam binti Imran adalah terapi terbaik bagi keresahan yang melanda manusia, karena keimanan salah satu kekuatan yang harus terpenuhi dalam rangka menopang hidup manusia. Keimanan yang kuat akan melindungi manusia dari keresahan dan selalu tabah sekaligus tegar menghadapi segala cobaan atau penderitaan yang menimpa. Selanjutnya berdasarkan atas petunjuk dan bimbingan yang diberikan Allah. Maryam binti Imran dikisahkan menunjuk kepada Isa lalu berkata "Tanyalah anak ini, dia akan menjelaskan kepada kalian duduk perkaranya". Tanpa diterima nalar, berkat keyakinan dan kepasrahan kepada agama. Maryam binti Imran mendapatkan pertolongan, dari sikap kepasrahan tersebut. Allah memberikan pertolongan untuk menyelesaikan problematika hidupÂ
yang dihadapi Maryam binti Imran dengan memberikan kuasa di luar nalar bahwaÂ
anak yang masih di gendongan dapat berkata "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia telah memberiku al-kitab dan Dia telah menjadikan aku seorang nabi". Dengan demikian, merujuk pada teori dan kisah di atas, dapat dipahami bahwa ada berbedaan besar antara manusia yang memiliki keyakinan dengan manusia yang tidak memiliki keyakinan dan sering acuh-tak acuh kepada agama. Hal tersebut tergambarkan dari aspek psikologi bahwa rawud wajah manusia yang hidup dengan berpegang teguh terhadap keyakinan agama terlihat ketentraman pada batin, sikap tenang dan tidak memiliki sikap gelisah serta kecemasan dan ketakutan. Sebaliknya bagi manusia yang hidupnya terlepas dari peran agama, akan tergambarkan dengan psikis yang terganggu oleh kegoncangan dari persoalan hidup, sehingga menimbulkan kebingungan, ketakutan dan frustasi. Sedangkan apabila manusia memiliki sikap frustasi dan rasa ketakutan akan menimbulkan ketegangan batin, konflik batin dan gangguan emosional, yang menjadi penyebab timbulnya ketidaksehatan mental bagi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H