Sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat persaingan di ajang X Factor sangat tampak dampaknya hingga ke ranah pendukung kontestan, yang mana hal ini akan sangat kontraproduktif bagi semua pihak, terutama pendukung numero uno X Factor dengan runner-up nya. Mengapa? bukankah akan selalu muncul pro kontra yang sangat menguras energi? Jadi disini saya coba mengajak untuk berdiskusi bagaimana menggunakan energi haters ini menjadi sebuah peluang bagi kemajuan karier Sang Diva tentunya, Fatin Shidqia Lubis. Yah kira2 berjalan diatas rel teori SWOT *Strength, Weakness, Opportunity, Threat*, meskipun dalam tulisan ini akan lebih berfokus pada sisi Threat atau ancaman, untuk bisa dikonversi menjadi peluang dimasa yang akan datang bagi kemajuan karier Sang Diva.
Mengacu pada teori-nya Muzafer Sharif dalam bukunya berjudul "Intergroup Conflict and Co-operation: The Robbers Cave Experiment", sang ahli psikologi keturunan Turki Amerika ini dalam penelitiannya dianggap berhasil mengurangi tingkat persaingan antara dua pihak yang bertikai dengan cara membuat konflik antara peserta studi dan kemudian membuat rukun antara keduanya.
Dalam prosesnya sendiri, penelitian ini diawali dengan membuat perkenalan antar peserta remaja yang kebanyakan diambil dari kalangan menengah, yang kemudian dibuatlah sebuah manajemen konflik yang cukup rumit hingga menciptakan suasana kompetisi antar dua pihak yang bertikai. Dan bagaimana meredakan aroma permusuhan ini hingga jadi adem kembali? Dan ternyata cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan metode membuat sebuah "Superordinate goals", yaitu tujuan bersama antara 2 pihak yang bertikai, yang mana target tersebut tidak akan dicapai bila hanya dikerjakan secara sendiri atau mustahil dicapai bila tidak dikerjakan secara bersama-sama.
Kembali kepada ide dasar artikel, yaitu bagaimana membuat rasa damai bagi para pendukung Jawara X factor dan runner-upnya, yaitu dengan menciptakan sebuah "Superordinate goals" seperti teori psikologi diatas. Dan saya rasa momen ini ada pada acara tanggal 24 Agustus mendatang, yang bertajuk "X Factor Around The World". Yah walaupun bukan sebagai ajang kompetisi, namun setidaknya ini menjadi bukti bahwa Acara X Factor yang digelar oleh Arsitiai diapresiasi sangat positif oleh pihak manajemen Fremantle selaku pemegang franchise tunggal gelaran X Factor diseluruh dunia. Dan seperti yang sudah tertayang dalam beberapa promo video acara ini, Sang Diva akan tampil bareng dengan runner up bersama kontestan lain dari USA, UK, NZ, dan Australia, dengan dihadiri para juri yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam ranah per-musik-an internasional.
Nah sekali lagi mengacu pada teori psikologi diatas, disini akan sangat selaras dengan adanya sebuah tujuan bersama "Superordinate goals" untuk mensukseskan gelaran acara X Factor Around The World ini. Daripada hanya mencari kelemahan masing2 pihak, alangkah baiknya bila energi ini kita gunakan bersama2 untuk mendukung kesuksesan wakil Indonesia dalam acara ini, dengan caranya masing2 tentunya. Gimana, setuja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H