Mohon tunggu...
Bernadetta Yorita
Bernadetta Yorita Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar, belajar dan belajar! Tidak pernah ada kata STOP untuk belajar. Setiap detik dalam hidup ini adalah proses pembelajaran, dan tidak pernah ada kata "ahli" karena setiap waktu adalah sebuah proses perubahan ke arah yang lebih baik. Senang berada di sekeliling orang pandai dan pintar, berbagi ilmu bersama mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Naik Taxi di Pagi Hari

9 November 2009   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_23521" align="alignleft" width="294" caption="Shutterstock"][/caption]

Beberapa hari ini karena sering bangun kesiangan dan akhirnya harus berangkat ke kantor dengan terburu dan tertinggal antar jemput, terpaksa saya harus merogoh kocek lebih dalam untuk naik taxi. Malas sech sebenarnya harus naik taxi, udah bayar mahal..ga cepet sampai lagi karena jika jalanan macet, ia tidak bisa meliuk-liuk untuk mencari celah di antara kepadatan kendaraan. Malas banget kan sebenarnya, enak naik ojek bisa cepat sampai lebih murah lagi. Akan tetapi, resikonya.. baju jadi bau asap kendaraan. Benar-benar bau yang tidak membangkitkan gairah di pagi hari...

Jika saya harus naik taxi, saya selalu berusaha mencari taxi yang terpercaya. Sebuah taxi dengan lambang burung berwarna biru. Pertama kali, saya naik itu taxi di pagi hari, ketika sampai tujuan dan saya membayar, si supir mengatakan, “maaf Bu, tidak ada kembaliannya”. Ugh..bikin bete! Pertama, karena dia memanggil saya dengan sebutan BU (orang masih muda kok ya dipanggil Bu..) dan yang kedua, karena dia ga punya kembalian. Saya coba mengobrak-abrik isi tas, ternyata saya menemukan uang pecahan sejumlah Rp 27.000.

Kesiangan lagi, saya naik taxi lagi dengan lambang burung yang warnanya masih juga biru...tapi kok?!? Kejadian tidak ada kembalian di pagi hari berulang lagi walaupun si supir tidak memanggil saya dengan sebutan Bu. Tapi, tetep aja buat bete! Terpaksa saya mencari seseorang untuk menukarkan uang. Dan itu bukan pekerjaan mudah! Mencoba bertanya kesana kemari untuk menukarkan uang Rp 50.000. Akhirnya dapat juga setelah keringat bercucuran. Saya berikan uang RP 30.000 dengan harapan ada kembali Rp 4000 tapi si supir hanya mengatakan, “terimakasih”. Lha, kembaliannya mana? Kan udah dibilang ga ada kembaliannya... Alasannya, baru kluar dari pool.

Ketika sampai di ruangan, kekesalan itu saya ceritakan ke teman. Di luar dugaan, ia menanggapi dengan santai, “makanya gue malas naik taxi pagi-pagi tuch ya kayak gitu. Alasan ga ada kembalian”. Sayangnya, teman saya tidak mengatakan taxi yang sering ia tumpangi. Bisa jadi, burung biru, burung orange atau burung putih... Entahlah... Pada intinya, sulit mendapatkan kembalian. Penumpang masih dibuat repot untuk menyediakan uang pas.

Duh, para pengusaha taxi entah itu dengan lambang burung warna biru, warna putih atau warna merah menyala... Tolong dunk, diperhatikan itu para supirnya; diingatkan supaya ia selalu membawa uang recehan sehingga bisa memberi kembalian kepada penumpangnya. Jangan menyusahkan penumpang dengan mengatakan tidak ada kembalian. Menyediakan uang kembalian adalah bagian dari pelayanan juga...  Sayang kan fasilitas yang sudah lengkap dengan tv dan sound system yang canggih di dalam kendaraan tapi harus membuat repot penumpang dengan mencari uang receh...

Capek dech...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun