Mohon tunggu...
Nia Mardiyani
Nia Mardiyani Mohon Tunggu... Freelancer - Just a Dandelionia

"Tiap tulisan pasti menemui pembacanya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dandelionia Cuap-cuap | Jeda Bagian II: Aku Terlibat Malpraktik?

5 Juni 2020   23:59 Diperbarui: 5 Juni 2020   23:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tindakanku ini apakah juga sedang malpraktik? Aku selalu bertanya-tanya perihal ini. Sebab itu aku tetap tekun dalam belajar, menjadi guru TK tidak cukup hanya dengan mencintai dunia anak-anak, orang-orang yang terlibat dalam 'praktik' ini dibutuhkan pula ilmunya. Untuk mendapatnya, tidak harus dengan pendidikan formal, pikirku, membaca adalah kuncinya. Aku meyakinkan diri untuk senantiasa belajar.

Sesaat insiden Kamila yang cemberut dengan Shafira menginjak kakinya, aku melanjutkan dongenganku kembali, "Jadi, di desa kecil, beberapa anak sedang bermain di tepian sungai. Mereka sedang bermain kapal-kapalan." Tanganku bergerak-bergerak sebagai representasi atas ceritaku. Anak-anak menatap dengan mata berbinar.

"Nah, diantara mereka ada anak kecil imut, dia lucu lagi menggemaskan. Anak kecil itu bernama Binbin," lanjutku.

Belum selesai atas ceritaku, anak-anak berseru protes, "Binbin lagi... Binbin lagi." Ujar mereka.

Bibirku biasanya akan menampilkan tawa menyaksikan aksi protes mereka. Aku dikenal dengan sebutan 'Ustadzah Binbin', itu dikarenakan betapa seringnya aku menggunakan tokoh Binbin sebagai karakter dari cerita yang kudongengkan. Anak-anak akan mengeluh bosan ketika mendengar nama Binbin disebutkan, tapi sejujurnya mereka tetap akan mendengarnya dan merasa tertarik atas cara penyampaian ceritaku.

Ketika mereka mulai tenang setelah aksi protes dan berujung tertawa bersama, aku melanjutkan ceritaku kembali, "gadis kecil itu teramat asik dengan ice cream di tangannya. Sampai suatu ketika ice cream itu habis. Dia hampir saja saja membuang wadahnya ke sungai."

"Mengetahui itu, Dande sebagai kakak Binbin berseru, 'Jangan! jangan membuang sampah sembarangan, adek!' seru Dande begitu."

Setelahnya aku memulai dialog dengan mereka, mengawalinya dengan pertanyaan supaya daya nalar anak-anak berjalan, "Anak-anak kenapa kita tidak boleh membuang sampah sembarangan hayooo?". Kelas akan kembali ricuh pada akhirnya. Itu tidak mengapa, celotehan jawaban mereka akan bisa memuaskan tawaku pada hari-hari kedepannya.

Mengingat kenangan bulan-bulan lalu, saat dimana kondisi masih normal, orang-orang beraktivitas sebagaimana mestinya. Dunia luar begitu menguras waktu dan pikiran hingga kadang memunculkan ide gila untuk berhenti dari rutinitas melelahkan. Saat akhirnya kejadian ini terjadi diluar batas pemikiran manusia, orang-orang hanya bisa di rumah yang ternyata kehidupan normal adalah hal patut disyukuri. Dikutip dari drama The King: Eternal Monarch, siapa pun, di mana pun, dan kapan pun, jika bisa pergi ke tempat yang diinginkan itu adalah hal yang luar biasa. Ucapan Lee Gon karakter Lee Min Ho dalam drama The King adalah benar adanya.

Covid-19 mengubah tatanan hidup manusia. Dr. Dirga memaparkan dalam tweetnya betapa berbahayanya virus ini. Jelasnya, virus ini mula-mula masuk melalui pernapasan atas, kemudian menyebar ke paru, mencetuskan reaksi radang yang sistemik dan itu terjadi begitu masif. Dampaknya dapat dirasakan pada hampir seluruh organ: otak, mata, hidung, paru, jantung, pembuluh darah, hati, ginjal, dan usus.

Nah, sebab begitu mudahnya virus ini menular dari satu orang ke yang lainnya; seperti penularan melalui butiran ludah ketika berbicara, batuk, bersin. Sentuhan tangan pun bisa menjadi pembuka jalan virus ini masuk melalui menyentuh mulut serta hidung. Virus yang belum ditemukan obat efektifnya ini, karena penularannya mudah, akhirnya pemerintah menganjurkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) demi memutus mata rantainya.

Kegiatan sekolah sudah sekitar dua bulan lebih berjalan dari rumah, sistem belajar dilakukan secara daring sejak pandemi Covid-19 memasuki Indonesia. Pada rutinitas awal-awal, segala hal masih terasa ringan. Hikmah adanya ini sedikit memberi jeda untuk supaya bisa memanfaat segala sesuatu dari dalam rumah seperti beristirahat. Namun, seiring berjalannya waktu ini membuat jengah juga. Salah-salah bisa membuat mental health terganggu.

Kondisi semacam ini merupakan suatu jeda tapi belum bisa ditentukan kapan waktu berhentinya. Orang-orang hebat sekarang ini hanya mampu sebatas memperkirakan, mereka kesulitan mengidentifikasi. Tidak mengenal lagi yang namanya mengenal gelar bahkan kekuasaan. Semua orang menggantungkan harapannya kepada Sang Pencipta, membuatnya tidak bisa berkutik lagi merasa kecil.

Sebagaimana kehidupan tetap berjalan, pembelajaran di sekolah juga ikut berlanjut. Keseimbangan ini harus tetap terjaga. Pembelajaran yang diterapkan pihak yayasan sekolah dimana aku bekerja aturannya melalui pengiriman audio, karena memang sekolah tempatku bernaung berbasis tahfidz. Jadi setiap harinya mengirim hafalan juga muraja'ah surah Alquran, serta hadits dan doa-doa. Adapula pengiriman gambar keterampilan yang dilakukan anak-anak selama di rumah.

Awal-awal hanya berisi kegiatan anak-anak yang menggambar, sampai kemudian aku memberi pemahaman kepada bundanya anak-anak supaya tidak apa-apa kegiatan lain dilakukan. Seperti membantu bundanya menyapu, mengepel, nyuci piring, dan lain sebagainya. Akhirnya itu membuahkan hasil, berbagai macam kegiatan dapat dilakukan. Aku sangat gembira begitu tahu ada beberapa bunda yang mengajak anaknya berkebun, menyirami tanaman, sampai kemudian ikut memasak dengan bundanya.

Aku sampai bisa membayangkan hanya dari melihat gambar, tentang keseruan ibu dan anak selama melakukan kegiatannya bersama-sama. Itu memberi efek rindu pertemuan kembali dengan mereka. Tidak jarang juga mereka mengirim video-video lucu, mengucapkan kata-kata rindu pada ustadzahnya yang satu ini, padahal aku suka galak juga. Ha-ha-ha.

Aku juga rindu kalian, dek!

Noted: Tulisan sebelumnya di link ini https://www.kompasiana.com/bydandelionia/5ed69b8f097f364013605962/dandelionia-cuap-cuap-jeda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun