"Emang ada yang salah dengan seorang ibu berpendidikan, atau seorang yang berpendidikan, kemudian memutuskan menjadi ibu?" --Tasya Kamila
Berbincang soal peran perempuan, maka dalam pandangan masyarakat awam adalah yang kesehariannya di dapur, pekerjaannya yaitu membersihkan rumah, juga kegiatannya menunggu suaminya pulang. Perempuan digambarkan menjadi sosok idaman apabila sudah melalui ketiga kriteria tersebut. Siapa sangka, hal tersebut tidaklah berlaku bagi Tasya Kamila.
Dilansir dari Wikipedia, sosok yang akrab dipanggil dengan sebutan Tasya ini memiliki nama asli Shafa Tasya Kamila. Perempuan kelahiran 22 November 1992 ini populer sejak membintangi iklan Pepsodent, dan mengeluarkan album berjudul Libur Telah Tiba. Sejak tahun, 1997, karirnya sebagai aktris juga penyanyi cilik sudah malang melintang di dunia pertelevisian. Hingga akhir tahun 2012, Tasya meluncurkan album remaja perdananya yang berjudul Beranjak Dewasa. Pada album ini, Tasya mencoba melunturkan imejnya sebagai penyanyi cilik.
Tasya tumbuh menjadi gadis yang sadar akan pentingnya pendidikan. Namanya tidak lagi wara-wiri di dunia pertelevisian. Usut punya usut, pada tahun 2010 Tasya lulus S1 di Jurusan Ekonomi.Â
Tasya menempuh pendidikannya di Universitas Indonesia. Hingga pada tahun 2016, Tasya melanjutkan pendidikan S2 ke Amerika tepatnya di Columbia University melalui beasiswa LDPP. Suatu pencapaian luar biasa dari kalangan artis yang biasanya kurang sadar akan pentingnya pendidikan memang, tapi Tasya bisa membuktikan dia mampu meraihnya.
Bukan pencapaian yang mudah. Tasya kemudian memutuskan untuk menikah dengan sosok pria yang dicintainya, Randi Bachtiar. Namun, kehidupannya sebagai seorang artis yang sudah jarang wara-wiri di televisi tidak lantas membuat kehidupan pribadinya lepas dari komentar netizen. Netizen berkomentar atas sebuah artikel yang ditebitkan oleh Kompas.com pada tanggal 18 Desember 2018 berjudul "Tasya Kamila: Memang Salah Jadi Ibu Berpendidikan?".Â
Netizen dengan pola pikir kelewat maju tersebut salah dalam menangkap pesan yang diutarakan oleh Tasya, mereka beranggapan bahwa pendidikan yang sudah Tasya tempuh merupakan hal yang sia-sia apabila dia memutuskan hanya menjadi seorang ibu rumah tangga.Â
Belum lagi beasiswa yang digelontorkan oleh pemerintah kepada Tasya tidak dimafaatkan dengan baik oleh dia."Tidak ada pengabdian terhadap negara" begitu ujaran mereka.
Melalui instagramnya, Tasya membuat klarifikasi. Ketika wawancara, ada pertanyaan dilontarkan, "Tasya kan hamil, merasa pendidikannya sia-sia nggak sih?". Lalu dijawab oleh Tasya, "Emang ada yang salah dengan seorang ibu yang berpendidikan, atau seorang yang berpendidikan kemudian memutuskan menjadi ibu?".Â
Tasya juga menyebut bahwa sekarang dia sedang mengembangkan program untuk menjawab permasalahan energi di Sumba. Ketika dalam keadaan hamil pun Tasya masih diberi banyak kesempatan  untuk sharing ilmu dan pengalaman soal pendidikan. Diantaranya berbincang mengenai lingkungan hidup hingga industri kreatif kepada pelajar dan mahasiswa.
Bagi saya, Tasya merupakan salah satu potret calon ibu berpendidikan masa kini. Pandangan masyarakat mengenai keseharian perempuan yang dihabiskan di dapur, membersihkan rumah, juga menunggu suami pulang, bukanlah suatu kodrat yang harus dilekatkan pada perempuan. Melainkan sebuah tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Artinya, perempuan tetaplah harus berpendidikan tinggi.Â