Distrik komersial yang dikenal sebagai "gerbang pntu masuk Tokyo sebelah barat" seperi Shinjuku, Shibuya dan Toshima juga mengalami penurnan yan signifikan.
Satu sisi pemerintah setempat juga memiliki sistem kesejahteraan dan bantuan yang disediakan bagi tunawisma yang pada tahun 2000. Menjawab tuduhan pemerintah abai kepada masyarakat yang dinaunginya.
Fasilitas tersebut membantu tunawisma endaptkan pekerjaan, tempat tinggal dan meerikan tunjangan keejaheraan.
Tetapi entah mengapa banyak tunawisma  yang enggan atau tidak mau menggunakan fasilitas atau sitem tersebut. Entah karena sistem birokrasi yang sedikt sulit ataukah ada hal yang lain, hal itu belum memiliki jawaban yang jelas.
Divisi kesejahteraan lokal Shinjuku awalnya mengangap awalnya penyebab tunawisma adalah dikarenakan adanya resesi ekonomi atau ekonomi yang stagnan dan memunculkan banyaknya penganguran, tetapi alasannya ternyat tidaklah sesederhana itu- termasuk penyakit kronis, penyakit mental, demensia dan kondisi sosial menjadikan dinamika di masyarakat menjadi lebih sulit dan beragam.
Meskipun pemrintah telah menerahkan divisi kesejahteraan masyarakatnya untuk membanu tunawisma, sepertinya faktor keprcayaan masyarakat kepaa pemerintah menjadi penghalang dapat diterimanya informasi dan bantuan kepada masyarakat.
Sehinga penanganan masalah sosial dan masyarakat menjadi semacam paradoks dua mata koin yang berbeda pada satu koin yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H