Pada artikel sebelumnya saya membahas bagaimana sikap Bisma, Drona dan Karna dalam menanggapi peperangan Bharata. Dapat kita pahami bahwa mereka memihak kepada pihak Korawa disaat peperangan dimulai dan berakhir dengan  gugurnya ketiga kesatria tersebut.Â
Lalu mengapa sampai Duryudana, tertua dari Korawa berani mendeklarasikan perang terhadap saudara sepupunya sendiri yaitu Pandawa ? Sehingga menyebabkan bencana yang tiada dapat dibayangkan tersebut ? Siapakah yang memprovokasi Korawa ?Â
Shakuni
Jawabanya adalah Shakuni, yaitu Pakdhe Korawa dari sisi Ibu. Shakuni memang dikenal dengan tipu muslihatnya menyebar pertikaian dan fitnah disepanjang hidup Korawa. Agar Korawa dapat menghancurkan Pandawa.Â
Shakuni pula yang menginisiasi adanya taruhan dadu yang dilakukan Duryudhana dan Yudhistira yang menyebabkan Pandawa harus mengasingkan diri selama 12 tahun. Shakuni memastikan bahwa perang diantara keluarga Bharata yaitu Korawa dan Pandawa harus terjadi.
Dhritarastra
Dhritarastra (ayah dari Korawa) merasa iri terhadap adik laki-lakinya yaitu Pandhu (ayah dari Pandawa) yang ditunjuk sebagai Raja kerajaan Kuru. Karena meskipun Dhritarastra adalah putra pertama, Dhritarastra merupakan tunanetra dan tidak tepat untuk memimpin suatu kerajaan. Bisma, selaku paman dari Dhritarastra dan Pandhu sendirilah yang berpendapat seperti itu.Â
Setelah Pandhu wafat, Dhritarastra menggantikan Pandhu dikarenakan anak-anak Pandu yaitu Pandawa masih belum cukup usia untuk memimpin kerajaan, dan jika tiba saatnya nanti harus mengembalikan posisi tersebut kepada Pandawa. Tetapi rasa iri dan cintanya terhadap anak-anaknya yaitu Korawa membuatnya tidak menapaki jalan Dharma dan kebajikan.
Dhritarastra selaku Raja kerajaan Kuru, tidak memiliki otoritas dan tidak bisa menolak kemauan Duryudana. Sehingga ketika Duryudana-Korawa bersaudara terlalu buta termakan tipu muslihat Shakuni dan tidak mau memberikan hak-hak yang semestinya menjadi hak Pandawa, Dhritarastra tidak dapat berbuat apa-apa.Â
Dhritarastra harusnya dapat mencegah  terjadinya perang dari awal, memperlihatkan betapa tidak kompetennya Ia sebagai seorang raja meskipun duduk di atas tahta.
Dari kedua tokoh tersebut dapat kita ketahui alasan mengapa Duryudana sampai mendeklarasikan perang terhadap Pandawa. Yaitu karena hasutan Shakuni dan tidak berdayanya Dhritarastra selaku raja dalam memimpin suatu kerajaan.Â
Sehingga menyebabkan Duryudana memiliki dendam terhadap Pandawa dan ingin merebut dan menguasai kerajaan Kuru untuk dirinya sendiri. Dengan merebut hak-hak Pandawa yang sah atas kerajaan.
Tetapi apakah hanya itu saja ?Â
Apa yang telah dijelaskan diatas adalah alasan yang melatarbelakangi konflik diantara Korawa dan Pandawa.
Tetapi apa yang membuat Duryudana berani mendeklarasikan perang terhadap Pandawa ? Perang Bharata Yudha tidak akan terjadi dan Duryudana-Korawa tidak akan berani mendklarasikan perang terhadap Pandawa jika ketiga orang kesatria ini bertindak sejak awal. Ketiga kesatria tersebut yaitu Kakek Bisma, Guru Drona dan Karna.Â
Karena memihaknya Bisma, Drona dan Karna kepada Korawa lah yang membuat Duryudana menjadi Jumawa dan Takabur untuk mengibarkan bendera perang terhadap saudara sepupunya sendiri yaitu kelima Pandawa. Memihaknya ketiga kesatria tersebut dikarenakan menjaga sumpah yang telah diikrarkan, cinta kepada seorang anak maupun hubungan persahabatan atau balas budi.Â
Bisma, Drona dan Karna adalah tiga kesatria hebat yang sangat disegani karena sebagai seseorang yang berjalan dalam jalan Dharma kebajikan sepanjang hidupnya. Kehadiran ketiga kesatria tersebut sebenarnya mampu dan dapat menghentikan kejadian-kejadian yang akan membawa dampak yang tidak dapat dibayangkan akibatnya.Â
Seperti menghentikan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Korawa terhadap Drupadi, menghentikan permainan judi antara Duryudana dan Yudhistira, dan juga dapat menghentikan perselisihan dan mencegah Duryudana untuk mendeklarasikan perang terhadap Pandawa saat Krishna datang ke Hastinapura sebagai delegasi perdamaian diantara kedua pihak.
Entah apa yang terjadi saat itu hingga mereka bertiga hanya bersifat pasif dan diam. Sedangkan mereka memiliki kemampuan untuk menghentikan tindakan yang jau dari Dharma tersebut. Seandainya mereka menghentikan peristiwa yang jauh dari jalan Dharma tersebut, mungkin peristiwa yang mengalir kepada peperangan keluarga Baharata tersebut tidak akan terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H