Karna mengatakan yang akan gugur adalah dirinya sendiri atau Arjuna, sehingga ketika salah satu diantara keduanya gugur, Kunti tetap akan memiliki lima putra seperti sedia kala.
Karna berguru kepada guru yang sama dengan Bisma dan Drona yaitu guru Parasurama. Seperti halnya Bisma dan Drona pula, Karna gugur dan tewas dalam pertempuran Bharata karena kutukan. Yaitu kutukan sang guru Parasurama karena Karna pernah membohonginya, Parasurama mengutuknya bahwa ia akan tiba-tiba melupakan semua pengetahuan dan kekuatannya disaat perang terakhirnya.Â
Ketika pertempuran terjadi, kereta kuda Karna terperosok kelubang dan menyebabkan Karna turun dari keretanya dan  membenarkan posisi kereta kudanya.Â
Disaat tidak bersenjata inilah Arjuna atas perintah Krishna untuk melepaskan anak panah kepada Akrna dan memnyebabkan Karna gugur di pertempuran. Di saat itulah seketika Akrna juga tidak dapat berbuat apa-apa karena seketika lupa akan semua ilmu yang dimilikinya.
Karna mengetahui bahwa perang Bharata adalah salah, lalu lantas mengapa Karna tidak membela adik kandungnya dan malah memilih Korawa ? Hal itu dikarenakan Karna selalu hidup sengsara tidak dianggap dan miskin. Terlebih karena Karna dibuang oleh ibunya sendiri dan ditemukan oleh perawat kuda kerajaan Hastinapura.
Tetapi Duryudana, pemimpin Korawa menganggapnya sebagai teman dan mendukungnya secara penuh dan mengangkat derajatnya. Disaat tidak ada yang mengakuinya, hanya Duryudana yang mau berteman dan mengakui keberadaanya.Â
Tiba suatu saat Duryudana menganugrahinya seuatu daerah dan mengangkatnya sebagai raja kerajaan Anga. Rasa berhutang budi, loyalitas dan rasa terimakasih itulah yang membuatnya membuatnya memihak kepada Korawa pada saat perang Bharata.
Akhir kata
Seperti halnya Bisma yang gugur disaat ia menurunkan senjatanya, Drona disaat ia sudah tidak memiliki keinginan untuk bertempur, Karna gugur disaat ia tidak sedang memegang senjata dan turun dari keretanya.Â
Menurut kode etik peperangan yang disebut DHARMA YUDHA, seseorang yang sudah tidak memiliki keinginan untuk bertempur, disaat ia tidak sedang memegang senjata dan turun dari keretanya tidak boleh untuk diserang.
Bisma, Drona dan Karna tidak hanya merupakan Kesatria yang hebat tetapi juga loyal dan memiliki integritas yang tinggi. Sifat itulah yang diadopsi dalam suatu kosakata bahasa Indonesia berjiwa kesatria yaitu pemberani bertanggung jawab dan setia.Â