Mohon tunggu...
Buyung Okita
Buyung Okita Mohon Tunggu... Lainnya - Spesialis Nasi Goreng Babat

Mantan Pembalap Odong-odong

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami dampak gaya asuh permisif bagi anak

7 Agustus 2020   13:07 Diperbarui: 14 Agustus 2020   09:32 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah ayah dan bunda mengetahui empat gaya asuh yang umum di terapkan? Setidaknya agar lebih mudah dipahami, terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.

Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.

Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.

Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.

Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.

Dewasa ini smartphone populer tidak hanya di kalangan masyarakat remaja dan dewasa, bahkan sudah menjadi barang yang wajib bagi remaja hingga anak-anak. Terlepas dampak positif dan negatif yang dibawanya. 

Fenomena agar anak dapat tenang dan tidak rewel, orang tua kerap memberikan smartphone atau video game kepada putra-putrinya. Sehingga sang anak menjadi lebih tenang, tidak rewel. 

Tetapi seringkali malah menjadi bumerang karena sang anak menjadi kecanduan dan malah menjadi over reaktif ketika keinginannya tidak dipenuhi. Bukankah kita sering menemui yang demikian? Ini adalah salah satu gaya asuh yang termasuk dalam kategori Permissive Parenting. 

Lalu bagaimana karakteristik gaya asuh Permisif tersebut?

1. Tidak memberikan aturan yang jelas kepada anak, juga mengenai pemahaman hak dan kewajiban. Meskipun diberikan, sikap dalam menegakan atura tersebut cenderung tidak konsisten.

2. Daripada bersikap menjadi sosok panutan dan memiliki autoritas, orang tua cenderung bersikap menjadi teman yang setara terhadap putra-putrinya.

3. Membiarkan anak memutuskan dan mengikuti keinginannya untuk keputusan yang besar, atau lebih condong mengizinkan anak untuk memutuskan hal yang besar bagi dirinya sendiri.

4. Menekankan anak kepada kebebasan dibanding tanggung jawab.

5. Memberikan "sogokan" kepada anak untuk bersikap baik.

Kemudian beberapa contoh dari sikap permisif kepada anak adalah sebagai berikut.

1. Orang tua cenderung memberikan kebebasan anak untuk bermain game atau smartphone, daripada memberikan batasan waktu dan jadwal yang disepakati bersama.

2.  Tidak memberikan batasan jam bermain diluar rumah.

3. Memberikan jajanan atau makanan yang disukai anak, atau memberikan sesuatu yang disukai oleh anaknya agar sang anak dapat bersikap baik sesuai yang diinginkan orangtua.

Bermain gadget
Bermain gadget
Dari beberapa contoh diatas sedikti dari beberapa kebiasaan permisif yang diterapkan oleh orang tua kepada putra-putrinya. Lalu muncul beberpa pendapat mengenai pro kontra mengenai gaya asuh permisif yang lebih mendalam. Berikut adalah beberapa contohnya.

Pro
1. Ketika seorang anak diberikan kebebasan dan didukung untuk melakukan apa yang ia suka, sikap percaya diri akan muncul dari dalam diri anak.  

2. Anak akan memiliki semangat mencoba hal yang baru, sikap semangat dalam bereksplorasi juga akan munculd alam diri anak.

3. Karena anak memiliki semangat untuk mencoba hal yang baru, terlebih diberikan fasilitas yang menunjang, anak akan lebih memiliki sikap kreatif. 

Kontra
1. Tanpa adanya batas yang jelas antara hak dan kewajiban yang ditanamkan kepada anak, dan batas-batas esensial yang lain. Maka anak akan cenderung melakukan hal yang ia suka dan cenderung melakukan hal yang membahayakannya sendiri. Sikap kurang bertanggung jawab juga akan lebih banyak muncul dari dalam diri anak.

2. Anak cenderung memilih pilihan tanpa melibatkan pertimbangan dari orangtua.

3. Beberapa studi mengenai sikap permisif kepada anak, sang anak cenderung rentan memiliki sikap mudah khawatir, depresi dan tempramen yang kurang baik dan bersifat demanding (jika memiliki keinginan harus selalu dituruti).

4. Karena diberikan sikap untuk "independen terhadap dirinya sendiri", dan tidak diajarkan untuk menghormati aturan, hak dan kewajiban, sang anak cenderung menjadi rebellious. Salah satunya adalah tidak mengindahkan arahan orang tua.

Permissive Parenting dapat membawa beberapa dampak bagi diri anak-anak. Jika ayah dan bunda sedikit merasa bahwa ada sikap permisif yang berlebihan yang diterapkan kepada anak, akan lebih baik ayah dan bunda sedikit menengok dan menerapkan sisi authoritative parenting dalam gaya asuhnya.

Dengan menerapkan batasan yang jelas mengenai kewajiban dan hak yang dimiliki anak, dan aturan yang disepakati bersama demi kebaikan sang anak. Dan tetap menjaga garis aturan tersebut saling mematuhi. 

Seimbang dalam penerapan gaya asuh juga penting. Memberikan anak bimbingan dan tuntunan yang baik agar memahami aturan dan berbagai bantuan yang dibutuhkan anak untuk berkembang. Sehingga dapat menumbuhkan berbagai pribadi positif, sikap dan kemampuan yang baik dalam diri anak.

Salah satu contoh penerapan dalam budaya gaya asuh di Asia juga dapat dilihat pada artikel: Sisi Positif Parenting Budaya Jepang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun