Bila program sebelum  ini,  terutama TNI AD hanya bersifat menggerakkan dan melakukan pendampingan terhadap para petani, tetapi kali ini  langsung terjun membuka lahan  dan menanam.
Bahkan langkah  serius  Polri  ikut serta menyukseskan swasembada pangan yaitu dengan merekrut  calon anggota Polri  berlatar belakang pendidikan pertanian secara umum, guna  memudahkan kegiatan pendampingan terhadap para petani.
Gerakan pendampingan terhadap petani dari personil TNI dan Polri tersebut telah merubah peta keadaan, dimana Penyuluh Pertanian sebagai ujung tombak Kementan yang berada di seluruh pelosok desa tidak lagi  menjadi pendamping tunggal.
Tinggal lagi, bagaimana mengelola kolaborasi ini menjadi efektif  serta terciptanya  kemitraan yang sinergis ditingkat lapangan. Penyuluh Pertanian harus  menguasai teknik budidaya pertanian yang benar,  sedangkan anggota TNI dan Polri harus mampu menggerakkan petani agar tetap dan terus bersemangat mengelola  usaha taninya.
Bila kolaborasi antar lembaga ini berjalan dengan baik secara berkesinambungan, tentu 2 strategi utama untuk mencapai swasembada pangan, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi dapat  diaplikasikan dengan baik di lapangan.
Terakhir, agar supaya program  swasembada pangan ini tidak hanya bergaung di tingkat nasional. Tetapi juga dapat bergema di- daerah- daerah, maka setiap daerah provinsi dipandang perlu memberikan nama gerakan- nya, sesuai dengan  karakteristik  daerah masing-masing, Bengkulu misalnya cocok dengan " Operasi Rafflesia "  atau lainnya.#
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI