Mohon tunggu...
Buyung Nurman
Buyung Nurman Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Karbohidrat Menu MBG Tidak Selalu Harus Nasi, Mulailah Kenalkan Sumber Bahan Lainnya

15 Januari 2025   17:29 Diperbarui: 15 Januari 2025   17:29 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singkong bahan pangan sumber karbohidrat. Sumber : Whatsapp grup Alumni SPMA Bengkulu 84 (diolah)

Program makan bergizi gratis (MBG) sudah berjalan sesuai dengan rencana, meskipun harus diakui implementasinya belum merata di seluruh daerah.

Pelan tapi pasti tentu program nasional ini akan menyentuh seluruh  penerima manfaat; anak-anak sekolah, ibu hamil dan ibu sedang menyusui yang terdapat di seluruh  pelosok wilayah republik tercinta ini.

Betapa mulianya program nasional ini dalam upaya menjadikan sumberdaya manusia yang sehat dan cerdas, terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, sehingga tak urung program ini mendapat dukungan dari semua pihak.

Sebagai wujud keseriusan pemerintah maka telah dibentuk lembaga khusus selevel menteri untuk menanganinya, yaitu Badan Gizi Nasional (BGN) dengan anggaran pantastis, berjumlah puluhan  triliunan rupiah untuk operasional pada tahap awalnya.

Oleh karena  MBG ini merupakan program jangka menengah panjang dan berkelanjutan sebagai bagian dari visi  misi untuk mewujudkan Indonesia emas 2045, maka pengelolaannya harus sebaik mungkin.

Ada satu hal yang semestinya dijadikan perhatian oleh BGN dan ini tentunya berkaitan erat dengan program swasembada pangan, yaitu tentang sumber karbohidrat dalam menu  MBG yang disajikan untuk penerima manfaat.

Diketahui bahwa sumber karbohidrat yang berasal dari bahan pangan tidak hanya terbatas pada padi (beras) saja, melainkan bisa  juga dari tanaman biji-bijian lainnya, seperti jagung, sorghum, dan gandum.

Juga bahan pangan yang berasal dari umbi- umbian, seperti singkong, talas, ganyong, ubi jalar  dan lain-lain serta yang tidak kalah akan kaya  kandungan karbohidratnya, yaitu yang bersumber dari sagu.

Jadi, sebagai variasi untuk menu utamanya tidak harus terus menerus berupa nasi dari beras, tetapi dapat digantikan oleh nasi jagung , nasi singkong (tiwul), sorghum atau sagu dan lain-lain.

Variasi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat akan beras pada satu sisi dan juga upaya untuk mengenalkan keanekaragaman bahan pangan sumber karbohidrat, terutama kepada anak-anak, pada sisi lainnya.

Disamping itu untuk mengingatkan  kembali bahwa pada zamannya, tidak semua penduduk negeri ini makanan pokoknya berasal dari beras (padi), tetapi ada banyak di daerah-daerah tertentu, makanan pokoknya berupa nasi jagung  atau sagu.

Kalau substitusi beras (nasi) dengan bahan pangan  sumber karbohidrat lainnya ini dapat diimplementasikan dilapangan secara luas dan berkelanjutan.

Tentu jumlah beras yang bakal  dikonsumsi dapat berkurang secara signifikan, sehingga swasembada pangan dapat dicapai atau berkesinambungan.

Sementara, bagaimana menyusun menu dan jumlah porsinya  setiap kali nasi disubstitusi dengan bahan pangan sumber karbohidrat yang lainnya agar kandungan kalorinya sama dan seimbang.

Contohnya 100 gram nasi,  sama atau  seimbang dengan berapa gram nasi jagung atau tiwul dan seterusnya, ini merupakan ranah ahli gizi dan ahli kesehatan.#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun